Januari 2023 Susul PLTSa Benowo Surabaya Jakarta Bakal Sulap Sampah Jadi Listrik

Januari 2023 Susul PLTSa Benowo Surabaya Jakarta Bakal Sulap Sampah Jadi Listrik

Otomotif | BuddyKu | Rabu, 12 Oktober 2022 - 08:07
share

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mau menyulap sampah menjadi listrik dengan teknologi penambangan sampah ( Landfill Mining ) dan pembakaran sampah atau Refused Derived Fuel (RDF) Plant, pada Januari 2023.

Program ini merupakan pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016 yang menetapkan 7 kota untuk pilot project pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), yaitu Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya dan Makassar.

Jakarta akan menjadi kota kedua setelah Surabaya yang mengubah sampah menjadi listrik. Pada Mei 2021, Presiden Jokowi terlebih dulu meresmikan PLTSa Benowo menggunakan konsep Zero Waste , dengan proses gasifikasi untuk produksi listrik dengan kapasitas 9 Mega Watt (MW).

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang menghasilkan materi RDF.

Yaitu, hasil olahan sampah dengan nilai kalori dan spesifikasi tertentu, sehingga dapat dijadikan bahan bakar alternatif pengganti batubara, kata Anies seperti dikutip dari Siaran Pers PPID DKI Jakarta, Senin (10/10).

Anies berharap, RDF ini akan mengubah paradigma TPST Bantargebang, dari yang hanya sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menjadi proyek percontohan dan rujukan di Indonesia.

Alhamdulillah, setelah melalui proses yang cukup panjang, sekarang sampai kepada babak baru di TPST Bantargebang. Semula yang dipandang sebagai TPA, sekarang menjadi tempat untuk pengolahan dan percontohan yang akan jadi rujukan untuk seluruh Indonesia, terang Anies.

Tak hanya tempatnya, paradigma sebagian besar masyarakat akan sampah, merupakan salah satu instrumen penting bagi kita untuk menyadari bahwa sampah juga memiliki nilai lebih.

Artinya, paradigma yang berubah akan menular. Ketika melihat sampah sebagai tanggung jawab bersama dan sesuatu yang bisa dimanfaatkan lebih jauh, maka perubahan itu akan berdampak dari hulu tempat sampah itu dihasilkan, kemudian di hilir di mana sampah diproses.

Menurut Anies, keberadaan RDF ini sangat sejalan dengan kampanye Pemprov DKI Jakarta, yakni gerakan Jakarta Sadar Sampah. Karena pembelajaran dan pembentukan kesadaran dapat dimulai dari hal-hal seperti yang diperkenalkan kepada generasi muda, sehingga akan membentuk kebiasaan dan budaya di masyarakat.

Bapak/Ibu sekalian, lambang di rompi ini saya selalu bawa. Ini sekarang jadi lambang kita, Jakarta Sadar Sampah. Kita harus membangun ini menjadi sebuah gerakan ke mana saja dan kapan saja, ajak Anies.

Anies berharap, proyek ini tuntas, sehingga bukan saja memfasilitasi kebutuhan energi sekarang, tapi juga untuk pembelajaran bagi anak-anak di masa depan.

Perubahan cara pandang terhadap sisa residu sampah itu harus dilakukan secara sabar. Perlu waktu, karena dari mulai pengetahuan, ada proses pembiasaan, lalu jadi kebiasaan. Setelah jadi kebiasaan, dia menjadi budaya. Kalau jadi budaya, dia jadi peradaban baru, pesannya.

Pembangunan fasilitas pengolahan sampah Landfill Mining dan RDF Plant dilakukan dengan metode konstruksi rancang-bangun dan dilaksanakan selama 317 hari kalender. Terhitung sejak 17 Februari 2022 sampai 30 Desember 2022. Ditargetkan siap beroperasi mulai Januari 2023.

Pembangunan fasilitas ini dilaksanakan di atas lahan seluas 74.914 meter persegi di dalam area TPST Bantargebang. Progres pekerjaan saat ini telah mencapai 82 persen, dan ditargetkan selesai akhir Desember 2022.

Kapasitas pengolahan sampah pada fasilitas ini, yaitu seribu ton per hari sampah lama dan seribu ton per hari sampah baru. Serta dapat menghasilkan RDF sebanyak 700-750 ton per hari.

RDF yang dihasilkan selanjutnya akan dimanfaatkan oleh industri semen sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan pada produksi semen.

Off Taker RDF hasil pengolahan sampah di TPST Bantargebang, yaitu dua industri semen, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk siap menerima minimum 550 ton RDF per hari. Dan PT Solusi Bangun Indonesia siap memanfaatkan 150 ton RDF per hari.

Proses pengolahan sampah menjadi RDF terdiri atas tahap penyaringan ( screening ), pemilahan ( separating ), pencacahan ( shredding ) dan pengeringan ( drying ).

Kualitas RDF yang dihasilkan akan memenuhi spesifikasi teknis untuk industri semen. Antara lain, nilai kalori minimum 3.000 kKal/kg, kadar air maksimum 20 persen, dan ukuran maksimum 5 centimeter.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengungkapkan, fasilitas Landfill Mining dan RDF Plant dilengkapi sarana pengendalian pencemaran lingkungan (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan pemantauan kualitas lingkungan (Stasiun Pemantauan Kualitas Udara).

Diharapkan, pelaksanaan pembangunan fasilitas ini tetap on schedule , on budget dan on quality .

Pelaksanaan pekerjaan ini juga untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19 melalui penyerapan tenaga kerja lokal serta penggunaan produksi dalam negeri.

Kami juga telah menyiapkan kelembagaan untuk pengelolaan fasilitas ini dalam bentuk Badan Layanan Umum Daerah Unit Pengelola Sampah Terpadu (BLUD UPST), tandas Asep.

Solusi Sampah Di DKI

Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah meyakini, dua fasilitas tersebut mampu menjawab kekhawatiran banyak pihak Jakarta akan masuk dalam fase darurat sampah. Mengingat, produksi sampah Jakarta yang dikirimkan ke Bantargebang telah menyentuh angka 8 ribu ton lebih per hari.

Ini solusi untuk menyelesaikan problem sampah kita di DKI, uja Ida, kemarin.

Ida menjelaskan, Komisi D telah menyetujui pembangunan Landfill Mining dan RDF Plant yang diusulkan Dinas Lingkungan Hidup (LH) dengan anggaran Rp 900 miliar.

Pembangunan mulai dilaksanakan di awal tahun 2022 dan diproyeksikan rampung di akhir tahun untuk kemudian mulai beroperasi di awal tahun 2023.

Insya Allah Januari bisa bekerja. Semoga lancar, karena ini proyek percontohan yang cukup bagus, ungkapnya.

Sebagai informasi, Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016 (Perpres 18/2016) menetapkan 7 kota untuk pilot project pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa), yaitu Jakarta, Tangerang, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya dan Makassar.

Tujuh kota ini dipilih karena dinilai paling siap untuk PLTSa. PLTSa membutuhkan sampah paling sedikit seribu ton/hari agar mencapai skala keekonomian. Maka tidak semua kota cocok untuk PLTSa, hanya kota-kota besar yang volume sampahnya amat besar.

Topik Menarik