3 Kecurangan Terbesar dalam Dunia Tinju, Salah Satunya Membuat Mata Lawan Rusak Permanen
Tiga kecurangan terbesar dalam dunia tinju ini mungkin tidak akan pernah dilupakan oleh para pecinta olahraga adu pukul tersebut. Setiap olahraga pastinya selalu memiliki aturan dan mengedepankan keadilan dalam prakteknya.
Meski begitu, tetap akan ada oknum-oknum yang melanggar atau melakukan segala cara demi meraih kemenangan sehingga membuat sebuah laga terkesan kontroversial. Inilah tiga kecurangan terbesar dalam dunia tinju sepanjang sejarah.
3 Kecurangan Terbesar dalam Dunia Tinju
1. Kecurangan Mike Tyson Gigit Telinga Evander Holyfields
Awalnya, pertandingan tersebut berjalan dengan lancar meski terkesan sangat intens. Situasi mulai memanas ketika telah masuk ronde ketiga, dimana pada saat itu Tyson menggigit telinga kanan Holyfield, merobek sebagian dari daun telinganya.
Holyfield langsung teriak kesakitan dan melompat mundur, menunjukkan luka berdarah pada telinganya kepada wasit, Mills Lane. Setelah pertimbangan singkat, wasit memutuskan untuk memberikan Tyson peringatan keras dan mengurangi dua poin dari skornya.
Namun, tak lama setelah pertandingan dilanjutkan Tyson kembali menggigit telinga musuhnya. Kini telinga kiri yang menjadi targetnya, yang membuat wasit Mills Lane menghentikan pertandingan dan memutuskan untuk mendiskualifikasi Mike Tyson.
Akibat tindakannya menggigit telinga Holyfield, Tyson dijatuhi hukuman oleh Komisi Atletik Negara Bagian Nevada. Lisensi tinju Tyson dicabut, dan dia juga didenda sebesar $3 juta serta dikenakan biaya tambahan.
2. Kekalahan Kontroversial Roy Jones Jr. di Olimpiade 1988
Statistik menunjukkan bahwa Jones mendaratkan 86 pukulan bersih dibandingkan dengan hanya 32 pukulan dari Park, yang jelas mencerminkan betapa dominannya Jones dalam pertandingan tersebut. Meski begitu, para juri justru memberikan gelar juara untuk petinju Tuan Rumah.
Setelah insiden tersebut, muncul banyak spekulasi tentang adanya korupsi dan tekanan politik terhadap para juri. Beberapa bulan setelah Olimpiade, tiga dari lima juri yang memberikan keputusan dalam pertandingan tersebut diketahui telah diberi sanksi karena keterlibatan dalam berbagai bentuk perilaku tidak etis dalam kompetisi.
Meskipun Jones kalah secara kontroversial, dia dianugerahi Val Barker Trophy yang diberikan kepada petinju terbaik dalam Olimpiade berdasarkan performa keseluruhan.
Meski demikian, kasus Roy Jones Jr. pada Olimpiade 1988 tetap menjadi salah satu contoh paling mencolok dari ketidakadilan dalam olahraga dan bagaimana tekanan politik atau faktor-faktor lain bisa memengaruhi hasil kompetisi.
3. Kecurangan Luis Resto Terhadap Billy Collins Jr
Billy Collins Jr. adalah seorang petinju muda yang sedang naik daun, dengan rekor tak terkalahkan dan sangat dijagokan juara dunia. Luis Resto, di sisi lain, adalah seorang petinju berpengalaman dengan rekor yang cukup solid, tetapi tidak dianggap sebagai ancaman besar
Anehnya sepanjang laga tersebut, Billy Collins Jr. justru mengalami kerusakan parah di wajahnya karena pukulan dari Luis Resto. Setelah pertandingan berlangsung selama 10 ronde, Luis Resto akhirnya dinobatkan sebagai pemenang.
Namun, pada saat Collins Sr., ayah sekaligus pelatih Billy Collins, mendekati Resto untuk memberikan selamat, ia merasakan sesuatu yang tidak biasa pada sarung tangan Resto. Sarung tangan itu terasa jauh lebih tipis dari yang seharusnya, seolah-olah bantalan di dalamnya hilang.
Setelah Collins Sr. melaporkan insiden tersebut, penyelidikan segera dilakukan oleh Komisi Atletik Negara Bagian New York. Hasil investigasi menemukan bahwa sarung tangan Resto telah dimodifikasi dengan menghilangkan sebagian besar bantalan di dalamnya, ditemukan juga jika Luis Resto juga telah merendam perbannya dengan zat keras untuk meningkatkan dampak pukulannya.
Luis Resto dijatuhi hukuman tiga setengah tahun penjara karena perannya dalam kecurangan tersebut. Pelatihnya, Carlos Lewis, juga dipenjara selama enam tahun dan dilarang melatih tinju untuk seumur hidup.
Akibat pukulan brutal selama pertandingan, Billy Collins Jr. mengalami cedera serius di wajahnya, termasuk kerusakan permanen pada matanya yang mengakhiri karier tinjunya.