Contoh Soal Penulisan Nama Gelar, Jangan Sampai Salah Ya
Gelar seseorang kerap kali ditulis untuk menunjukan status mereka, baik secara sosial, akademik dan lain sebagainya. Penulisan gelar ini sudah ada sejak lama dan mungkin tanpa kita sadari sering kita lihat dan temukan. Hanya saja karena seringkali dianggap sebagai hal yang sudah lumrah, penulisan nama gelar tersebut menjadi seperti hal yang biasa, padahal penulisan nama gelar seseorang sudah diatur melalui Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 054a/U/198 pada tanggal 9 September 1987. Berikut adalah contoh soal penulisan nama gelar yang perlu kamu ketahui, sehingga kamu tidak salah dalam penulisannya.
Pengetahuan seseorang tentang contoh soal penulisan nama gelar sangatlah penting apalagi jika orang tersebut bekerja di sebuah instansi yang bertugas untuk menulis surat resmi, pers dan pemberitahuan resmi lainnya. Bahkan mereka yang bekerja di bidang kreatif seperti periklanan juga harus tahu karena penulisan yang benar akan memberikan dampak tersendiri bagi orang yang membuat tulisan tersebut, minimal tidak harus mendapatkan revisi saat surat sudah jadi.
Dalam penulisan nama gelar seseorang, terdapat beberapa aturan yang perlu diperhatikan, terutama jika gelar tersebut akan digunakan dalam surat resmi atau dokumen formal. Berikut ini adalah beberapa aturan penulisan nama gelar yang umum digunakan:
- Gelar yang berasal dari jenjang pendidikan seperti sarjana (S.Kom, S.Ked, S.Psi, dll) harus ditulis setelah nama depan dan nama tengah, tetapi sebelum nama belakang. Contoh: "Toni Andrianto, S.Kom"
- Gelar kehormatan seperti "Dr." atau "Prof." harus ditulis setelah nama depan dan nama tengah, tetapi sebelum nama belakang. Contoh: "Dr. Maria Suryani" atau "Prof. John Doe"
- Gelar kepangkatan seperti "Ir." atau "Hj." harus ditulis setelah nama depan dan nama tengah, tetapi sebelum nama belakang. Contoh: "Ir. Budi Setiawan" atau "Hj. Rina Susanti"
- Gelar keagamaan seperti "Ust." atau "Kyai" harus ditulis setelah nama depan dan nama tengah, tetapi sebelum nama belakang. Contoh: "Ust. Ahmad Fauzi" atau "Kyai Hasan Basri"
- Gelar kemiliteran seperti "Brigjen TNI" atau "Laksamana TNI" harus ditulis setelah nama depan dan nama tengah, tetapi sebelum nama belakang. Contoh: "Brigjen TNI Budi Santoso" atau "Laksamana TNI Agus Suhartono"
- Gelar seni seperti "Ibu" atau "Pak" harus ditulis setelah nama depan dan nama tengah, tetapi sebelum nama belakang. Contoh: "Ibu Dewi Sulistyowati" atau "Pak Antonius"
Perlu diingat bahwa penulisan nama gelar bisa berbeda tergantung pada konteks atau situasi penggunaannya. Selalu periksa kebijakan atau aturan penulisan yang berlaku di tempat Anda agar tidak terjadi kesalahan penulisan.










