Menakar Potensi Ekonomi dan Keuangan Syariah RI di 2025
JAKARTA - Ekonomi syariah Indonesia membutuhkan stimulan agar dapat berkembang tidak kalah dengan negara muslim lain. Apalagi Indonesia digadang-gadang akan masuk 5 besar negara ekonomi terbesar di dunia pada 2045.
"kiprah selanjutnya dari pusat pengembangan adalah mengumpulkan ilmuan dan praktisi dalam bidang eksyar supaya lebih maju, karena setiap pengembangan industri baru membutuhkan kontribusi khususnya dari ekonomi syariah," papar Ekonom Senior Indef Didik J. Rachbini dalam Diskusi Publik Outlook Ekonomi Syariah “Outlook Ekonomi Syariah 2025: Kontribusi Ekonomi Syariah untuk Pertumbuhan Ekonomi 8”, dikutip Sabtu (28/12/2024).
1. Tantangan ekonomi RI
Peneliti Center of Sharia Economic Development (CSED) Indef Abdul Hakam Naja mengungkap perekonomian ke depan akan menghadapi tantangan yang tidak mudah, karena pertumbuhan akan cukup menghadapi tantangan yang berat baik di negara-negara berkembang maupaun negara maju
Tantangan seperti konflik Rusia, Ukraina, perang Israel di Gaza, dan kerentanan sektor keuangan terus berdampak pada outlook ekonomi (Organization of Islamic Cooperation-Statistical, Economic and Social Research and Training Center for Islamic Countries/OIC-SESRIC, 2024)
2. Prospek perbankan syariah
Naja melanjutkan, prospek perbankan syariah di Indonesia berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12 Tahun 2023, bank yang memiliki aset Unit Usaha Syariah (UUS) mencapai 50 dari total aset induknya atau dengan aset UUS minimal Rp50 triliun diwajibkan melakukan spin-off menjadi Bank Umum Syariah (BUS) paling lambat tahun 2026.
Contoh yang memenuhi kriteria ini adalah UUS BTN dengan aset sebesar Rp55,54 triliun dan UUS CIMB Niaga dengan aset Rp65,99 triliun. Selain itu, proses merger antar bank syariah atau unit usaha syariah juga didorong untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing di industri perbankan syariah.