Realisasi Penerimaan Pajak Kanwil DJP Jakbar Capai Rp52,13 Triliun
JAKARTA - Kanwil DJP Jakarta Barat membukukan capaian penerimaan bruto sebesar Rp59,08 triliun dan penerimaan neto sebesar Rp52,13 triliun. Capaian ini setara 78,14 dari target APBN sebesar Rp66,72 triliun. Penerimaan pajak tersebut mengalami pertumbuhan dibandingkan tahun lalu sebesar 6,52.
Berdasarkan jenis pajaknya, capaian di atas terdiri dari Pajak Penghasilan sebesar Rp24,05 triliun, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah sebesar Rp28,00 triliun, dan Pajak lainnya sebesar Rp81,27 miliar.
Empat sektor kegiatan usaha di Jakarta Barat yang memberi kontribusi dominan sebesar 75,86 terhadap realisasi penerimaan adalah sektor perdagangan sebesar Rp25,80 triliun (49,48), sektor industri pengolahan sebesar Rp7,63 triliun (14,64), sektor pengangkutan pergudangan sebesar Rp3,41 triliun (6,54), dan sektor konstruksi sebesar Rp2,71 triliun (5,20).
Dari sisi kepatuhan pelaporan SPT Tahunan, kinerja penerimaan SPT Tahunan Kanwil DJP Jakarta Barat sampai dengan 31 Oktober 2024 telah mencapai 88,87, atau telah menerima 366.664 SPT Tahunan dari target sebanyak 412.582 SPT.
Kepala Kanwil DJP Jakarta Barat Farid Bachtiar mengharapkan doa, dukungan, dan kerja sama dari wajib pajak, masyarakat, dan seluruh pengampu kepentingan agar dapat selalu menjalin sinergi dan kolaborasi terbaik untuk mencapai target kinerja 2024.
Dalam Forum Assets Liabilities Committee (ALCO) Regional DKI Jakarta, Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta Mei Ling menyampaikan dukungan fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai Rp972,34 trilun.
Dukungan fiskal ini mempengaruhi makro ekonomi dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa indikator ekonomi mencatatkan pertumbuhan. Inflasi bulan Oktober 2024 mencapai 0,03, mengalami pertumbuhan sebesar 4,93 (yoy), turun 0,01 poin dari triwulan III-2023. Secara kuartalan, bertumbuh sebesar 0,23 (q-to-q) dengan kenaikan sebesar 0,03 poin. Sisi produksi dan pengeluaran ekonomi Jakarta bertumbuh solid dan merata.
Tingkat partisipasi kerja meningkat seiring turunnya tingkat pengangguran. Kesejahteraan petani menurun seiring naiknya konsumsi dan turunnya produksi padi dan beras. Neraca Perdagangan bulan Oktober mengalami surplus sebesar USD1,67 miliar.
Prospek ekonomi jangka pendek tetap terjaga optimis dengan indikator konsumsi yang masih optimis dan dinamisasi indikator produksi masih menujukkan sinyal positif bagi perekonomian. Kinerja APBN DKI Jakarta sampai dengan 31 Oktober 2024 masih resilient, ditopang oleh pertumbuhan belanja negara yang tumbuh positif dan kontraksi pendapatan yang menipis. Pendapatan negara mencapai Rp1.432,79 triliun dengan angka belanja negara sebesar Rp1.456,51 triliun, mengalami defisit APBN sebesar Rp23,72 triliun.