Mengapa ATACMS Begitu Efektif dalam Perlawanan Ukraina terhadap Rusia?
JAKARTA - ATACMS (Army Tactical Missile System) adalah rudal balistik jarak jauh buatan Lockheed Martin yang dapat mencapai target hingga 300 km. ATACMS telah beroperasi selama puluhan tahun, dengan penggunaan pertamanya terjadi pada Perang Teluk tahun 1991.
Rudal ini diluncurkan dari sistem roket M270 atau HIMARS (High Mobility Artillery Rocket System) dan dikenal sulit dicegat karena lintasannya yang cepat dan sudut serangan tajam. Ada dua jenis hulu ledak, yaitu klaster yang menyebarkan bom kecil untuk menghancurkan target ringan seperti kendaraan dan pasukan, dan hulu ledak eksplosif tunggal dengan bahan peledak tinggi seberat 225kg, untuk menghancurkan bangunan besar atau fasilitas yang telah diperkuat.
Sejak awal, Amerika Serikat (AS) melarang Ukraina menggunakan ATACMS di wilayah Rusia, karena khawatir akan eskalasi perang. Namun, dalam beberapa hari terakhir, larangan ini diubah. Langkah ini didorong oleh masuknya pasukan Korea Utara untuk mendukung Rusia di wilayah Kursk dan upaya Presiden Joe Biden memperkuat posisi Ukraina sebelum kemungkinan perubahan kebijakan di bawah Donald Trump.
Melansir The New York Times, Ukraina menggunakan ATACMS untuk pertama kali di wilayah Bryansk Rusia pada Selasa (19/11/2024), menurut kementerian pertahanan di Moskow, hanya sehari setelah mendapat izin dari AS. Serangan ini melibatkan enam rudal dengan lima diantara berhasil dicegat Rusia, dan satu lagi rusak. Meski demikian, keputusan ini menunjukkan dukungan militer AS yang lebih kuat terhadap Ukraina.
ATACMS memberikan keuntungan signifikan bagi Ukraina. Dengan jangkauannya yang panjang, rudal ini memungkinkan Ukraina menyerang pangkalan militer, infrastruktur, dan gudang amunisi. Namun, jumlah ATACMS yang terbatas membuatnya sulit untuk menjadi faktor penentu kemenangan dalam perang.
Meski begitu, Rusia telah memindahkan peralatan militer, seperti pesawat tempur, ke lapangan terbang yang lebih jauh, sehingga dapat menyulitkan pasukan mereka. Hal ini memperpanjang jalur suplai Rusia dan mengurangi efektivitas dukungan udara mereka.
ATACMS dapat memberikan keuntungan strategis bagi Ukraina, terutama dalam situasi di mana pasukan Rusia telah menguasai sebagian wilayah di timur Ukraina. Pada saat yang sama, moral pasukan Rusia mungkin sedang menurun, karena tekanan atau kesulitan di medan perang. Dalam kondisi ini, ATACMS bisa membantu Ukraina untuk melawan atau membalikkan keadaan, bahkan ketika pasukan Rusia terlihat lebih dominan.
"Saya rasa itu tidak akan menentukan, tapi ini adalah keputusan simbolis yang terlambat untuk meningkatkan tekanan dan menunjukkan dukungan militer kepada Ukraina. Itu bisa meningkatkan biaya perang bagi Rusia,” kata seorang diplomat Barat di Kyiv mengatakan kepada BBC.
Namun, ada juga pertanyaan tentang seberapa banyak amunisi yang akan disediakan. "Pertanyaannya adalah, berapa banyak rudal yang mereka miliki? Kami mendengar bahwa Pentagon memperingatkan bahwa jumlah rudal yang bisa mereka sediakan terbatas,” ungkap Evelyn Farkas, mantan wakil asisten sekretaris pertahanan di pemerintahan Obama.
Farkas menambahkan bahwa ATACMS dapat memberi dampak psikologis positif bagi Ukraina, terutama jika digunakan untuk menyerang target penting seperti Jembatan Kerch yang menghubungkan Krimea dengan daratan Rusia.
Rusia menganggap penggunaan ATACMS sebagai langkah provokatif yang berpotensi melibatkan NATO secara langsung. Presiden Vladimir Putin telah memperingatkan bahwa serangan dengan senjata Barat di wilayah Rusia dapat mengubah sifat konflik menjadi perang langsung antara Rusia dan NATO.
"Itu secara substansial akan mengubah esensi, sifat konflik," kata Putin pada bulan September. "Ini berarti bahwa negara-negara NATO, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, sedang berperang dengan Rusia,” tambahnya.
Keputusan AS ini juga dipengaruhi oleh kekhawatiran atas kebijakan Donald Trump yang akan dilantik kembali sebagai presiden dalam dua bulan. Trump dikenal kritis terhadap bantuan militer untuk Ukraina dan dapat membatalkan izin penggunaan ATACMS. Hal ini menimbulkan ketidakpastian di kalangan pemimpin Ukraina, yang berharap Trump tidak akan membalikkan keputusan ini.
"Dengan membatasi penggunaan senjata Amerika oleh Ukraina, AS secara tidak adil membatasi kemampuan Ukraina untuk mempertahankan diri,” ujar Kurt Volker, mantan duta besar AS untuk NATO.
Meski begitu, Volker menilai pengumuman publik mengenai perubahan kebijakan ini memberikan Rusia waktu untuk mempersiapkan diri.