Lulus dari UGM, Papuana Siap Kembangkan Pemeliharaan Sapi di Papua

Lulus dari UGM, Papuana Siap Kembangkan Pemeliharaan Sapi di Papua

Berita Utama | okezone | Kamis, 21 November 2024 - 12:28
share

JAKARTA - Papuana Rosalia Petegau lulus sarjana dari Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Rabu 20 November. Anak ke-2 dari 3 bersaudara ini merasa bersyukur bisa kuliah dan akhirnya lulus dari salah satu kampus terbaik di Tanah Air.

“Sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga besar Fapet UGM. Saya banyak belajar dari para dosen dan teman-teman di sini,” kata Papuana, Kamis (21/11/2024).

Papuana yang berasal dari Mappi Papua Selatan mengakui tidak semua orang bisa menempuh studi di UGM. Apalagi, mereka yang berasal dari daerah luar Jawa seperti Papua.

Maka saat diterima masuk melalui jalur Ujian Mandiri tahun 2020 silam, Papuana sangat bersyukur.

“Saya dari SMA Negeri 1 Edera Bade Mappi. Kebetulan hanya 2 orang yang berasal dari satu SMA,” kata Papuana.

Semangat dan tujuan Papuana kuliah di Fapet UGM cukup sederhana yaitu mencari ilmu bagaimana memelihara sapi dengan baik. Hal ini cukup beralasan karena di daerahnya ternak sapi tidak terurus dengan baik.

“Sapi dibiarkan saja tidak diurus dan mencari makan seadanya. Kalau sakit ya akhirnya mati. Untuk itu saya tertantang untuk mencari ilmu bagaimana memelihara sapi dengan benar,”imbuhnya.

Tidak mudah memang untuk bisa masuk UGM saat itu. Tahun 2019 ia harus rela mengikuti les privat beberapa mata pelajaran di Yogyakarta selama 1 tahun sebelum akhirnya di tahun 2020 diterima di Fapet UGM.

Perihal bahasa, kata Papuana, merupakan salah satu tantangan saat ia studi di Fapet UGM. Ia harus banyak belajar dan bertanya kepada teman-teman mahasiswa lainnya ketika tidak paham bahasa terutama bahasa Jawa.

Semangat Studi Sejak SMA

Sejak di bangku SMA Papuana memang bersemangat dalam mencari ilmu. Dia harus rela jalan kaki menuju sekolahnya yang berjarak 12 Km dari rumah. Hal ini dilakoninya tanpa banyak mengeluh mengingat kondisi keluarganya yang berasal dari keluarga sederhana.

Ayahnya adalah seorang petani yang terkadang bekerja serabutan sebagai pekerja bagasi kapal di pelabuhan. Sedangkan ibunya sudah meninggal dunia.

“Ya jalan kaki. Sekolah masuk pukul 07.30 sehingga dari rumah harus berangkat pukul 05.30,” kenang Papuana.

Topik Menarik