Apa Itu Konsep <i>Lazy</i> <i>Parenting</i>?

Apa Itu Konsep Lazy Parenting?

Berita Utama | okezone | Jum'at, 4 Oktober 2024 - 01:45
share

KONSEP lazy parenting belum lama ini wara-wiri di linimasa sosial media, contohnya TikTok. Salah seorang ibu dan konten kreator @Leahova, menyebut pola asuh dengan konsep ini  mendorong orang tua untuk berhenti melakukan terlalu banyak hal atau sesuatu untuk anak-anak mereka agar anak bisa lebih mandiri.

Dia berbagi bahwa meski mencintai sang anak, dia menyadari telah melakukan hal-hal berlebihan. Hal ini terbukti saat dirinya melihat orang tua lain yang anaknya bahkan lebih mandiri dalam melakukan beberapa hal seperti sudah bisa mengemas makan siang, dan menbuat sarapannya sendiri.

 

Video TikTok tersebut menimbulkan banyak perdebatan, apakah pendekatan ini baik bagi anak-anak atau tidak. Para ahli turut memberi pandangan tentang tren pengasuhan ini.

 

Lazy parenting sendiri adalah konsep di mana orang tua membiarkan anak-anak mengurus tugas-tugasnya sendiri, dengan tujuan untuk membangun kemandirian, kepercayaan diri, dan tanggung jawab pada anak.

Dalam video TikTok yang sudah ditonton sebanyak 124 ribu kali itu, Leahova mendorong orang tua untuk lebih malas dan berhenti melakukan segalanya untuk anak-anak mereka. Sebagai ibu, ia sendiri membandingkan anaknya yang mandiri dengan anak temannya yang masih bergantung pada orang tua untuk hal-hal dasar seperti sarapan.

 

“Dengan lebih “malas,” orang tua justru bisa membantu anak-anak menjadi lebih mandiri,” tulis @Leahova sebagai keterangan video.

Amy McCready, dari Positive Parenting Solutions, tak menampik memang banyak orang tua yang mengerjakan tugas anak-anaknya, padahal anak mereka mampu melakukan sendiri. Ini malah justru menghambat kemandirian dan kepercayaan diri pada anak.

Menurut pelatih pengasuhan Tessa Stuckey, penting untuk beralih dari “memperbaiki” menjadi “mendukung” anak, mendorong anak menghadapi tantangan dan membangun keterampilan hidup.

Ia menyarankan, para orang tua harus mulai meminta anak berkontribusi pada tugas domesti di rumah dan bertanggung jawab atas pekerjaan sekolah, termasuk berkomunikasi dengan guru sendiri.

“Orang tua sebaiknya membantu anak hanya setelah memberi bimbingan dan kesempatan bagi anak untuk mencoba sendiri,” jelas Amy McCready

 

Menurutnya, metode pendekatan terbaik adalah sebagai pelatih, bukan penyelamat, agar anak bisa belajar memecahkan masalah dan membangun ketahanan.

Senada dengan ahli yang lain, Hannah Keeley menekankan pentingnya menemukan “titik seimbang” di mana tantangan seimbang dengan kemampuan anak.

Jika tantangan terlalu berat, orang tua perlu turun tangan. Intinya, orang tua harus menyeimbangkan dukungan dan kemandirian, membiarkan anak belajar dari kegagalan untuk berkembang di masa depan.

Topik Menarik