AS Konfirmasi Rusia Terima Rudal dari Iran untuk Perang Ukraina, Jatuhkan Sanksi ke Kapal dan Perusahaan
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) pada Selasa (10/9/2024) mengatakan Rusia telah menerima rudal balistik dari Iran untuk perangnya di Ukraina . Karena itu, AS langsung memberlakukan sanksi baru pada kapal dan perusahaan yang dilaporkan terlibat dalam memasok senjata Iran ke Moskow.
Pada konferensi pers di London menjelang kunjungan ke Kyiv yang akan dilakukannya bersama Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris David Lammy, Menlu Antony Blinken mengatakan Washington telah secara pribadi memperingatkan Iran bahwa menyediakan rudal balistik ke Rusia akan menjadi eskalasi dramatis.
"Rusia kini telah menerima pengiriman rudal balistik ini, dan kemungkinan akan menggunakannya dalam beberapa minggu di Ukraina, melawan Ukraina," kata Blinken, mengutip intelijen yang katanya telah dibagikan dengan sekutu dan mitra AS di seluruh dunia.
Menurut situs web Departemen Keuangan, AS kemudian mengidentifikasi sembilan kapal berbendera Rusia yang dilaporkan terlibat dalam pengiriman senjata dari Iran ke Rusia. AS menunjuk mereka sebagai "properti yang diblokir" di bawah rezim sanksi Washington,
Departemen itu juga memberlakukan tindakan tambahan pada maskapai penerbangan Iran Air yang sebelumnya dikenai sanksi, serta perusahaan dan individu yang terlibat dalam kerja sama militer kedua negara.
Blinken mengatakan Iran telah melatih puluhan personel militer Rusia untuk menggunakan sistem rudal balistik jarak dekat Fath-360, yang memiliki jangkauan maksimum 75 mil (121 km).
Reuters melaporkan pada bulan lalu, perwakilan kementerian pertahanan Rusia diyakini telah menandatangani kontrak pada bulan Desember dengan pejabat Iran untuk Fath-360 dan sistem rudal balistik Iran lainnya.
Iran sebelumnya telah memasok pesawat nirawak Shahed yang digunakan oleh Rusia di Ukraina, tetapi telah membantah bahwa mereka memasok rudal balistik ke Rusia. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani pada Selasa (10/9/2024) mengatakan pada X bahwa Iran memandang laporan tersebut sebagai "propaganda buruk" untuk menyembunyikan dukungan militer Barat kepada Israel.