Profil Ribka Tjiptaning, Politikus Senior PDIP yang Sering Jadi Sorotan

Profil Ribka Tjiptaning, Politikus Senior PDIP yang Sering Jadi Sorotan

Berita Utama | sindonews | Minggu, 6 Oktober 2024 - 05:30
share

Mendengar nama Ribka Tjiptaning , sebagian orang mungkin sudah tidak merasa asing. Ia adalah salah seorang politisi kritis dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Baru-baru ini, namanya kembali jadi perhatian usai membuat laporan dugaan penggelembungan suara ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Ribka sebelumnya menuding terdapat dugaan penggelembungan suara di wilayah Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat yang menguntungkan caleg Partai Amanat Nasional (PAN), Desy Ratnasari.

Diketahui, Ribka dan Desy sama-sama bertarung di Dapil Jawa Barat IV yang meliputi Kabupaten dan Kota Sukabumi. Namun, Ribka kalah suara dan gagal kembali ke Senayan, sementara Desy yang meraih 78.306 suara dinyatakan lolos.

Profil Ribka Tjiptaning

dr. Ribka Tjiptaning merupakan seorang dokter dan politikus asal Indonesia. Ia lahir di Yogyakarta pada 1 Juli 1959.

Pada riwayat pendidikan, Ribka pernah menempuh studi strata satu (S1) di Universitas Kristen Indonesia dengan jurusan kedokteran. Lalu, ia lanjut S2 dengan jurusan Ahli Asuransi Kesehatan di Universitas Indonesia pada 2012.

Sebelum masuk politik, Ribka pernah membuka praktek sebagai dokter di Klinik Partuha Ciledug. Pada situs DPR, tertulis juga bahwa dirinya sempat menjadi dokter di perusahaan Puan Maharani.

Masuk politik, Ribka bergabung dengan PDIP. Ia pernah menjabat sebagai anggota DPR sekaligus Ketua Komisi IX DPR pada periode 2005-2009.

Kemudian, Ribka terpilih kembali menjadi anggota DPR periode 2019-2024 sebagai anggota Komisi IX. Pada kontestasi Pileg 2024, ia sebenarnya kembali maju, tetapi gagal lolos.

Pada sepak terjangnya, Ribka dikenal sebagai politisi yang kritis. Namun, ia juga diketahui cukup sering menuai kontroversi.

Contohnya adalah ketika menolak vaksinasi Covid-19 beberapa tahun lalu. Waktu itu, Ribka Tjiptaning menjadi pembicaraan publik karena menyampaikan keraguannya terhadap vaksin Covid-19 dan mengingatkan agar vaksin tidak dikomersialisasikan.

Topik Menarik