LB Moerdani Minta Brimob Berintegrasi dengan TNI AD, Jenderal Berkumis Tebal Ini Tegas Menolak

LB Moerdani Minta Brimob Berintegrasi dengan TNI AD, Jenderal Berkumis Tebal Ini Tegas Menolak

Nasional | purwokerto.inews.id | Sabtu, 14 September 2024 - 13:20
share

JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Persahabatan antara Jenderal LB Moerdani dan Jenderal Pol Anton Soedjarwo adalah bukti nyata bahwa ikatan sesama pejuang tidak lekang oleh waktu.

Keduannya adalah alumni  Tentara Pelajar dan mempunyai Bintang Gerilya. Namun dalam perjalanan karier meski berbeda seragam, keduanya sama-sama memiliki darah juang yang mengalir deras.

Bahkan, ketika LB Moerdani atau Benny Moerdani mengusulkan agar Korps Brimob Polri bergabung dengan TNI AD, Sudjarwo dengan tegas menolaknya. Benny Moerdani menilai Korps Brimob mempunyai kesamaan dengan Infanteri TNI AD.

Mendiang Jenderal Pol Anton Soedjarwo. Foto: Dok

Namun, penolakan itu tidak membuat hubungan keduanya renggang. Sebaliknya, Moerdani justru semakin menghormati keputusan sahabat lamanya itu.

Jenderal Benny Moerdani adalah Panglima ABRI semasa era Orde Baru, yang sangat disegani kawan dan lawannya. Namun semenjak menjadi prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, ternyata sangat hormat kepada seorang perwira polisi yakni Jenderal Pol Anton Soedjarwo. Jenderal Pol Anton Soedjarwo menjadi Kapolri dari jalur Brimob. 

Anton Soedjarwo berkumis tebal dengan tubuh tinggi menjulang dan berbadan tegap, membuat laki-laki kelahiran Bandung, Jawa Barat ini, gampang dikenali banyak orang.  

Dalam buku, Resimen Pelopor, Peranan Pelajar Perang Kemerdekaan, diceritakan, Anton muda pernah angkat senjata sama seperti LB Moerdani, tergabung dalam Tentara Pelajar (TP), di daerah Kedu Selatan, Jawa Tengah. 

 

Awalnya, ia membentuk Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Cabang Purworejo. Dalam organisasi ini kemudian dibentuk bagian pertahanan lebih banyak berkiprah dalam pertempuran melawan Belanda.

Lahir di Bandung pada 21 September 1930, Anton Soedjarwo adalah sosok yang tak terpisahkan dari sejarah kepolisian Indonesia. Pendidikannya yang dimulai pasca-kemerdekaan, tepatnya setelah Konferensi Meja Bundar (KMB), menuntunnya pada jenjang karier yang cemerlang di kepolisian.

Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1954 ini kemudian menjadi bagian penting dari pembentukan dan pengembangan Batalyon Ranger, cikal bakal Resimen Pelopor Brimob.

Sebagai angkatan pertama Batalyon Ranger, Anton Soedjarwo menjalani pelatihan yang sangat berat dan melelahkan. Latihan fisik dan mental yang intensif ini membekali para ranger dengan kemampuan tempur yang mumpuni untuk menghadapi berbagai ancaman, terutama gerakan separatis dan pemberontakan yang masih sering terjadi di berbagai wilayah Indonesia.

Puncak karier militernya terjadi saat memimpin pasukan Ranger dalam Operasi Trikora. Dengan keberanian dan kecerdasannya, Anton Soedjarwo berhasil memimpin pasukannya menyusup ke Irian Barat dan mengibarkan Sang Saka Merah Putih di tanah Papua. Aksi heroik ini menjadi bukti nyata dari semangat juang dan nasionalisme yang tinggi.

 

Selain keberaniannya di medan tempur, Anton Soedjarwo juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan tegas. Hal ini terbukti ketika ia menolak usulan Panglima ABRI, Jenderal LB Moerdani, untuk mengintegrasikan Brimob ke dalam TNI AD. Keputusan Anton ini didasari oleh keyakinan bahwa Brimob memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

 

Topik Menarik