Kisah Jatuh Bangun AM Hendropriyono dengan Istri Tercinta, Hidup di Hutan Kalimantan hingga Jualan Es Mambo

Kisah Jatuh Bangun AM Hendropriyono dengan Istri Tercinta, Hidup di Hutan Kalimantan hingga Jualan Es Mambo

Nasional | okezone | Rabu, 21 Agustus 2024 - 06:15
share

TOKOH intelijen dan militer Indonesia, Jenderal TNI (HOR) (Purn) Abdullah Mahmud (AM) Hendropriyono ternyata butuh perjuangan yang berat untuk menaklukan hati sang istri tercinta, Tati Mulya. Pria yang yang berkarier di Satuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) ini dikenal tangguh di medan perang. Namun dalam urusan percintaan, perlu perjuangan untuk menaklukkan pujaan hatinya.

Pandangan pertama keduanya berawal di tempat latihan karate yang dipimpinan Sensei Latif. Waktu itu, Hendro tak sengaja mendengar Sensei Latif menelepon Tati untuk datang latihan, hal itu dikarenakan Hendro dan Sensei Latif tinggal di satu asrama. Dari situ timbul keinganan Hendro untuk bertemu dengan wanita misterius tersebut. Hingga akhirnya Hendro dan Tati jatuh cinta.

Tepat setahun sejak pertemuan pertama, Tati akhirnya menerima lamaran Hendropriyono pada 1970. Tati siap mendampingi Hendro yang seorang prajurit TNI, baik dalam suka maupun duka. Sedih dan pahitnya jalan hidup yang dialami Tati sebanding dengan cinta kasih yang diberikan Hendropriyono kepadanya.

Baru menikah dengan Hendro, Tati ditinggal ke Bandung untuk mengikuti masa persiapan sekolah intelijen di Australia. Saat Hendro berangkat ke Australia, Tati yang sedang mengandung anak pertamanya, juga harus sendirian selama enam bulan.

"Kita komunikasi cuma pakai surat-surat, jadi masih kayak orang pacaran aja rasanya," kata Tati dalam buku Love Story, Kisah Cinta Tokoh-Tokoh Terkemuka terbitan Harian Seputar Indonesia (2009) dikutip, Rabu (20/8/2022).

Dan ujian selanjutnya, ketika Tati baru sebulan melahirkan anak kedua. Ia dikabari bahwa Hendro mengalami luka serius saat bertugas di Kalimantan Utara. Karena khawatir, dia memohon untuk diizinkan menyusul suami ke medan perang.

"Jadi, satu-satunya istri yang ikut operasi di Kalimantan Utara waktu itu, cuma saya," kenang Tati.

Berada di daerah operasi bersama para tentara membuat Tati tak tenang. Pada hari pertama, ia tak bisa tidur karena Kalimantan Utara waktu itu masih seperti hutan rimba. Tati waswas ada binatang buas yang tiba-tiba menyerangnya. Beruntung Tati adalah wanita yang kuat dan cepat beradaptasi.

Tak butuh waktu lama, ia cepat menguasai keadaan. Tati berbaur dengan lingkungan masyarakat, memahami adat istiadat dan kebiasaan warga setempat. Sikap rendah hati pun selalu diterapkan dalam kehidupan sosial. Tati tak ragu untuk berbagi dengan orang-orang di lingkungannya, termasuk makanan.

"Kalau uangnya cuma bisa untuk beli ikan teri dan sayur kangkung, kita masak dan makan sama-sama," katanya.

Wanita kelahiran Magelang, Jawa Tengah itu juga memperhatikan para wanita yang baru melahirkan. Dia memasakkan ayam arak, makanan lokal yang biasa disajikan untuk wanita yang baru melahirkan. Meski awalnya tanya sana-sani cara membuat ayam arak, akhirnya Tati mahir memasaknya. Pergaulan yang luwes dengan masyarakat membuat Tati banyak mendapatkan informasi selama lima bulan mendampingi Hendropriyono di medan operasi.

Sebagai istri seorang prajurit, Tati telah siap untuk tinggal di mana saja. Termasuk ketika Hendropriyono ditugaskan kembali di Jakarta. Mereka mendapatkan tempat tinggal berupa satu kamar dengan satu tempat tidur di kawasan Cimanggis.

"Kita tidur dengan penerangan lampu tempel, waktu bangun hidungnya hitam semua," kata Hendro.

Keadaan sedikit membaik ketika Hendro mendapatkan rumah dinas pertama di Cijantung, Jakarta Timur. Namun kebutuhan hidup yang semakin tinggi membuat Tati harus memutar otak untuk mendapatkan penghasilan sampingan. Ia pun meniru tetangganya membuat kolam ikan di halaman rumah belakang, hingga memanfaatkan lahan kosong dengan menanam beragam sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Topik Menarik