Hari Lahir Pancasila, Generasi Muda Diingatkan Pentingnya Menjaga Jati Diri Bangsa

Hari Lahir Pancasila, Generasi Muda Diingatkan Pentingnya Menjaga Jati Diri Bangsa

Nasional | okezone | Kamis, 30 Mei 2024 - 11:34
share

JAKARTA - Praktisi Hukum Agus Widjajanto mengungkapkan keprihatinan pada kondisi bangsa yang dirasa mulai kehilangan jati diri sebagai sebuah bangsa. Padahal, jati diri ini adalah ruhnya Indonesia, namun tergerus akibat pengaruh budaya dan doktrin asing.

Keprihatinan itu dituangkan Agus bersama Dr Rusdin Tahir, Prof Dr Nandang, Prof Dr Wawan Wahyudin, Prof Dr Sam'un dan Dr Rahman ke dalam buku 'Membangun Karakter Anak Bangsa Melalui Pemahaman Falsafah Leluhur dan Nilai Pancasila. Buku tersebut dalam upaya membumikan Pancasila dan menyambut Peringatan Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap awal 1 Juni.

"Buku ini kami tulis sebagai bentuk keprihatinan yang mendalam sebagai anak bangsa atas kondisi bangsa," kata Agus dan tim penulis, di Jakarta, Kamis (30/5/2024). Peluncuran

Agus menjelaskan, pengaruh budaya itu salah satunya terjadi karena kemajuan tekhnologi informasi. Kemajuan yang pada gilirannya membuat tidak ada lagi batas wilayah sebuah negara. Semua orang bisa dengan mudah mengakses informasi tanpa filter melalui gadget. Padahal tidak semuanya benar.

"Informasi yang kadang sulit untuk disaring tapi diterima begitu saja. Akibatnya banyak nilai-nilai jati diri bangsa tergerus, juga ajaran luhur bangsa dan nilai-nilai Pancasila," ucap Agus.

Pria kelahiran Kudus Jawa Tengah itu mengungkapkan, rasa kebangsaan perlahan tapi pasti luntur pada generasi muda. Banyak generasi muda saat ini mulai tidak paham dan meninggalkan budaya sendiri sebagai sebuah bangsa yang sangat minim pengetahuan atas sejarah bangsanya.

Di sisi lain, peralihan kepemimpinan nasional dari Orde Baru ke Orde Reformasi seakan memberikan kesan bahwa semua orang mendapatkan kebebasan sebebas-bebasnya. Baik dalam mengekpresikan diri maupun mengeluarkan pendapat yang memang telah dijamin oleh kontitusi.

"Tapi banyak juga yang melupakan hakekat dari kebebasan itu sendiri, terutama menyangkut rasa bertanggung jawab dan menghormati hak dari orang lain yang menjadi ajaran luhur para pendiri bangsa," ujarnya.

Ajaran yang mengajarkan secara bijak sesuai dengan nilai nilai luhur bangsa ini sebagai bangsa yang besar dan berbudaya tinggi. Fenomena degradasi moral disampaikan dia bukan hanya menyangkut budaya tapi seluruh aspek kehidupan baik politik, ekonomi, hukum serta sosial.

"Buku ini memuat ajakan agar segenap anak bangsa, di samping mengejar kemajuan dengan hal hal baru, tapi juga jangan melupakan etika luhur dan budaya bangsa sendiri, agar tercipta keselarasan di semua lini kehidupan," kata Agus Widjajanto.

Diingatkan pula bahwa menjaga nilai-nilai luhur bangsa bukan hanya tanggung jawab pemerintah melainkan seluruh pihak. Baik kaum pendidik, agamawan, budayawan dan setiap insan sebagai warga negara.

Ia berharap upaya membangun kembali karakter bangsa terus digalakkan agar bangsa ini kembali jati dirinya sesuai warisan leluhur dan para pendiri bangsa serta raja-raja nusantara yang agung dimasa lalu.

Dalam bukunya ditekankan pula bahwa hidup sejatinya adalah agar bisa memberikan pencerahan kepada sesama sebagai lilin penerang kehidupan (urip kuwi sejatine urup). Diharapkan semua pihak kembali membumi kepada Ibu Pertiwi dan tidak pernah lupa budaya dan adat istiadat sendiri sebagai bangsa timur.

Topik Menarik