Mengenal Jenglot, Boneka Berbentuk Manusia yang Kerap Digunakan untuk Ilmu Santet
BELUM lama ini, jenglot menjadi perbincangan publik setelah Parlemen Meksiko menemukan jasad alien. Alien tersebut diklaim berusia 700 hingga 1.800 tahun dan memiliki tiga jari serta bentuk kepala yang panjang.
Penampakan dua alien ini pun membuat geger media internasional dan juga warga dunia, termasuk netizen Indonesia. Banyak dari mereka yang menyebut bahwa jasad alien tersebut adalah jenglot.
Lantas sebenarnya apa sih jenglot itu?
Ahli Medium Interdimensional Furi Harun mengatakan jenglot merupakan boneka berbentuk manusia yang memiliki taring. Boneka tersebut memiliki warna hitam dan putih.
Biasanya ini dilakukan dengan ritual khusus untuk mengisi spirit di dalam jenglot tersebut dengan tujuan tertentu, ujar Furi Harun saat dihubungi MNC Portal melalui pesan singkat.
Furi menjelaskan tujuan orang-orang yang memiliki jenglot sendiri beragam, ada yang untuk penjaga, ada juga sebagai media untuk menghantar santet
Jadi banyak orang-orang yang melakukan hal negatif dengan memakai mantra agar orang yang dituju mengalami kesialan dan kegagalan, tapi ada juga yang memelihara dengan tujuan agar dirinya terproteksi dari hal-hal yang nggak baik jadi, tujuannya berbeda-beda, tuturnya.
Lebih lanjut Furi Harun mengatakan kalau jenglot yang digunakan untuk boneka santet, biasanya menggunakan darah manusia agar energinya lebih besar.
Pada beberapa ritual khusus jenglot disediakan darah manusia maka dari itu lebih ke konteks negatif karena mengarah ke tumbal dimana dia sangat kuat energinya kalau sudah memakan darah manusia jadi dalam artian dia harus mencelakakan manusia yang dituju yang diberikan tuannya, katanya.
Tak hanya itu, biasanya jenglot yang digunakan untuk hal negatif juga harus memberikan tumbal manusia. Namun kembali lagi, semua tergantung dari tujuan pemiliknya.
Tapi sekarang ini justru ada beberapa orang yang menjadikan jenglot sebagai koleksi dan asuhan, dimana mereka mau dipagari dan diproteksi, jadi segala sesuatunya tergantung dari orang tua asuhnya, tutur Furi Harun.