Kenapa Seragam Tentara Loreng? Ini Asal Usulnya!

Kenapa Seragam Tentara Loreng? Ini Asal Usulnya!

Nasional | BuddyKu | Jum'at, 19 Mei 2023 - 07:22
share

JAKARTA - Seragam loreng identik dengan pakaian militer. Pada setiap negara pun corak dari baju loreng ini berbeda-beda, mengkuti kontur geografis di sebuah negara.

Lantas, sebenarnya bagaimana asal usulnya seragam loreng ini? Apa benar dari dulu seragam kamuflase itu sudah langsung loreng?

Libur Kenaikan Isa Almasih, Volume Kendaraan di Kawasan Wisata Lembang Meningkat

Dari berbagai sumber, ternyata pola kamuflase pada seragam tentara awalnya hanya hijau. Pasukan resmi pertama di dunia yang mengenakannya adalah Resimen Senapan ke-60 dan 95 Inggris dalam Perang Napoleonic (1803-1815).

Dulu, memang pasukan Inggris begitu bangga mengenakan seragam berwarna merah atau red coat dengan tujuan menggetarkan nyali lawan. Tapi dua unit ini khusus mengenakan tunic atau jaket hijau demi menyamarkan diri mereka dengan rerumputan.

Buntut Warga Tewas Tertembak saat Konser Dangdut, Kapolsek Girisubo Dicopot

Tunik hijau sempat diikuti para penembak jitu Pasukan Union dalam Perang Sipil Amerika (1861-1865), di mana para tentara reguler justru mengenakan jaket biru (Pasukan Konfederasi berjaket abu-abu).

Pola kamuflase hijau kembali dipergunakan dalam Perang Dunia I (PD I), di mana sebuah korps pasukan Prancis, khusus dipakaikan seragam hijau oleh Lucien-Victor Guirand de Scvola yang kemudian segera diikuti Inggris dan Amerika Serikat.

Pasca-PD I, baru mulai bermunculan pola-pola kamuflase loreng yang jadi patokan untuk berbagai pasukan di dunia saat ini. Seperti pola loreng Splittertarnmuster.

Pola kamuflase dengan empat warna (coklat, hijau, hitam dan khaki) itu jadi pola loreng pertama di dunia dan digunakan Angkatan Darat Jerman sejak 1931. Pola kamuflase ini kala itu leibh banyak digunakan untuk bahan poncho atau jas hujan.

Ya, kemudian pola-pola loreng ini berkembang dan memang dipopulerkan militer Jerman. Mereka memunculkan beragam pola-pola lainnya, seperti Platanenmuster" versi musim panas dan musim gugur (1937), Splittermuster untuk Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) pada 1941, hingga Liebermuster pada 1945.

Tak ketinggalan Waffen SS atau Pasukan Partai Nazi Jerman juga gemar menggunakan berbagai pola loreng lainnya di masa Perang Dunia II. Macam Rauchtarnmuster (pola smoke) yang sudah eksis sejak 1939, Palmenmuster (pola pohon palem) pada 1941, Beringtes Eichenlaubmuster (pola daun oak) 1942, serta Erbsenmuster (pola kacang polong) 1944-1945.

Amerika Serikat sendiri sedianya sejak 1942, sudah punya seragam pola loreng Frog Skin atau kulit kodok. Tapi penggunannya di Perang Dunia II Front Eropa, dibatalkan karena sering saru dengan pola loreng milik Jerman Nazi, hingga hanya digunakan Korps Marinir di Front Pasifik.

Pola loreng itu juga sempat dipakai tentara Belanda di Indonesia pasca-Perang Dunia II. Pola Flecktarn milik Jerman sekarang berkembang berbagai versi dan masih dipakai beberapa pasukan negara lainnya selain Jerman.

Sementara untuk TNI, saat ini setiap matra punya pola loreng tersendiri. Padahal dulu masih disamakan lho, yakni dengan pola loreng DPM-95 (Disruptive Pattern Material), sebagaimana yang juga dipakai tentara Inggris atau berbagai tentara di sejumlah eks koloni Inggris.

Selain DPM, pola loreng yang juga cukup banyak dipakai tentara lain dan terutama Amerika Serikat, adalah Woodland yang juga punya berbagai varian. Selain itu juga ada pola digital berbagai varian yang perintisnya adalah militer Kanada.

Pola digital CADPAT (Canadian Disruptive Pattern) ini, didesain sejak 1988 dan digunakan demi mengurangi deteksi alat-alat night vision atau alat pelacak gelap di malam hari.

Topik Menarik