Gagal Masuk Kopassus karena Keseleo, Jenderal Baret Hitam Ini Malah Melesat Jadi KSAD

Gagal Masuk Kopassus karena Keseleo, Jenderal Baret Hitam Ini Malah Melesat Jadi KSAD

Nasional | BuddyKu | Selasa, 14 Februari 2023 - 06:28
share

JAKARTA Masuk kecabangan infanteri Komando Pasukan Khusus ( Kopassus ) menjadi idaman hampir semua Taruna Akademi Militer . Tidak mengherankan mereka rela mati-matian berjuang demi menyandang Baret Merah . Itu pula yang dilakukan Jenderal TNI (Purn) R Hartono.

RPKAD memang menjadi dambaan setiap taruna AMN. Waktu itu saya tingkat III Taruna, kemampuan saya diuji untuk melaksanakan terjun payung, kata Hartono dikutip dari buku biografi Jenderal TNI R Hartono Kacong Madhure Jadi Jenderal terbitan Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat, Selasa (14/2/2023).

Bukan rahasia bila Korps Kopassus begitu diidam-idamkan Taruna. Selain kemampuan tempur yang dahsyat, berkualifikasi Komando juga dinilai dapat mempermulus karier. Lazim terjadi jabatan-jabatan strategis TNI diisi oleh tentara kecabangan infanteri Kopassus. Memang tidak semuanya demikian. Tetapi, sejarah menunjukkan para perwira Baret Merah dominan mengisi kursi-kursi penting TNI AD.

Kopassus juga dikenal sebagai pasukan elite dengan reputasi kelas dunia. Prestasi spektakuler yang pernah ditorehkan antara lain operasi pembebasan sandera di pesawat DC-9 Woyla pada 1981. Pesawat milik maskapai Garuda Indonesia itu dibajak kelompok radikal yang menyebut diri mereka Komando Jihad.

Cikal bakal Kopassus bermula pada 16 April 1952 saat Panglima Tentara Territorium III/Siliwangi Kolonel AE Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Pembentukan Kesko ini didasari pengalamannya bertempur menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) pada 1950. Ketika itu Kawilarang membentuk operasi tempur yang dikomandani Letkol Slamet Riyadi.

Operasi ini sukses memadamkan RMS. Tetapi, harus dibayar mahal karena korban dari TNI tak sedikit. Setelah dikaji, pasukan musuh dengan kekuatan relatif kecil ternyata mampu menggagalkan serangan TNI yang lebih besar. Peristiwa ini mengilhami Kolonel Slamet Riyadi untuk membentuk satuan pemukul yang dapat digerakkan cepat dan tepat guna menghadapi pertempuran di medan berat sekali pun, tulis laman resmi Kopassus.

Dalam perkembangannya Kesko Teritorium III Siliwangi berubah menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD) pada 18 Maret 1953. Selanjutnya pada 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, Jakarta Timur. Pada 12 Desember 1966 RPKAD berubah pula menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD).

Puspassus AD hanya bertahan lima tahun. Pada 17 Februari 1971, Puspassus AD berubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Seiring reorganisasi di tubuh ABRI, sejak 26 Desember 1986 Kopassandha berubah menjadi Kopassus hingga kini.

Gagal Masuk Infanteri Kopassus

Keinginan Hartono masuk RPKAD sangat kuat. Selain postur tubuh ideal, dia juga yakin dengan kemampuannya selama menjalani pendidikan. Terlebih, pada hakekatnya semua siswa Taruna dididik untuk menjadi prajurit infanteri.

Pendek kata, semua disiapkan secara mental untuk menyandang posisi komandan peleton infanteri. Adapun pendidikan di luar infanteri hanya pelajaran tambahan. Wajar bila mayoritas Taruna ingin menempuh kecabangan infanteri, dan khususnya Korps Baret Merah.

Apa mau dikata, takdir berkata lain. Ketika ujian terjun payung, Hartono mendapat musibah. Ketika tiba saatnya pendaratan, kaki Hartono tidak mendarat rata. Akibatnya fatal, tentara kelahiran Pamekasan ini cedera.

Kaki saya keseleo sampai bengkak hingga dirawat di rumah sakit Taruna untuk pemulihan. Padahal masuk RPKAD butuh fisik yang prima, tubuh kuat, dan tidak cacat, ucapnya.

Hartono tak menyerah. Demi tetap bisa masuk RPKAD, dia menemui Komandan Resimen Taruna AMN Kolonel Inf Suprapto. Apa yang didapat? Hartono justru dimarahi habis-habisan karena gagal masuk RPKAD. Setelah kemarahan mereda, Suprapto balik menanyakan apa yang diinginkan Hartono setelah tak bisa ke Korps Baret Merah.

Kavaleri saja pak, tutur Hartono. Ya sudah kamu ubah (pilihanmu), timpal Suprapto. Dari kejadian itu, putra dari keluarga Muhammadiyah ini akhirnya berkarier di kacabangan kavaleri.

Berkah Baret Hitam

Hartono tak memungkiri kecewa gagal masuk Kopassus. Namun sisi baiknya, menjadi prajurit Baret Hitam (kavaleri) sesungguhnya menjadi kebanggaan Oetari alias Oetik. Oetari tak lain kekasih Hartono yang kelak dinikahinya.

Suatu ketika Hartono menanyakan Oetik apa korps yang menjadi kebanggaannya. Sang perempuan pujaan hati itu ternyata terkesima dengan Baret Hitam. Itu lho, yang gagah, pakai baret hitam, jaket hitam dan kacamata hitam saat naik panser atau tank, ucap Oetari, ditirukan Hartono. Baret hitam yang dimaksud tak lain prajurit Kavaleri.

Lahir dan dibesarkan di keluarga taat beribadah, Hartono mensyukuri apa pun karunia Tuhan. Menjadi prajurit Kavaleri pun, meski tak pernah dicita-citakan sebelumnya, ternyata membawa hikmah. Perjalanan karier mengantarkannya sebagai jenderal bintang empat.

Lebih hebat lagi, Hartono dipilih Presiden Soeharto untuk memegang tongkat komando tertinggi Angkatan Darat. Lulusan Akademi Militer 1962 ini menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) periode 1995-1997, menggantikan Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar.

Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen menggambarkan perjalanan karier R Hartono. Setelah Jenderal TNI Feisal Tanjung diangkat menjadi Panglima ABRI, atas sarannya, Mayjen TNI R Hartono diangkat sebagai Gubernur Lemhannas. Sebuah jabatan untuk bintang tiga. Pada 1994, Hartono dimutasi sebagai Kassospol ABRI menggantikan Letjen TNI Haryono PS yang dianggap tidak loyal pada Soeharto.

Jalan makin terbentang bagi R Hartono. Pada 1995 dia diangkat menjadi KSAD. Dengan Feisal Tanjung sebagai Pangab, maka TNI AD untuk pertama kalinya mendudukkan dua perwira tinggi yang dekat dengan kalangan Islam, kata Kivlan dalam buku Masalah Internal TNI AD 1945-2000.

Kalau saja korps saya infanteri, mungkin saya tidak akan sampai dengan pangkat jenderal bintang empat dan jabatan tertinggi di Angkatan Darat. Di infanteri kan saingan untuk jadi KSAD banyak, sedangkan di Korps Kavaleri jauh lebih sedikit, ucap Pangdam V/Brawijaya periode 1990-1993 ini.

(mhd)

Topik Menarik