Mengenal Gempa Megathrust yang Mengancam Indonesia, Ini Penjelasan BMKG
JAKARTA - Gempa Megathrust menjadi salah satu yang harus diwaspadai oleh masyarakat Indonesia. Bahkan di berbagai kesempatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus mengingatkan ancaman potensi gempa Megathrust ini karena bisa menimbulkan tsunami. Lalu, apa yang dimaksud dengan gempa Megathrust?
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan gempa Megathrust merupakan kejadian gempa bumi yang diakibatkan oleh adanya pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Nah, di Indonesia juga demikian kejadiannya adalah adanya pergerakan lempeng tektonik Samudra Hindia yang menumbuk ya, masuk ke bawah lempeng tektonik benua Asia itu dari arah selatan, arah selatan dan Barat ya, ungkap Dwikorita dalam keterangannya, Rabu (14/12/2022).
Kemudian juga lempeng samudra Pasifik dari arah Timur menumbuk ke lempeng benua Asia juga bahkan juga ada lempeng dari arah utara juga ya, itu juga apa Samudra Pasifik dan juga ada lempeng Filipina, tambah Dwikorita.
Selain itu, Dwikorita mengatakan tumbukan-tumbukan lempeng tersebut bersifat menunjam dan masuk ke bawah. Itu kan terjadi bidang kontak, bidang kontak antara lempeng yang menumbuk dengan lempeng yang ditumbuk yaitu antara lempeng Samudra dengan yang ditumpuk lempeng benua.
Nah, gempa Megathrust itu adalah gempa yang terjadi pada zona kontak antar lempeng tadi, lempeng Samudera Hindia dengan Benua Asia serta tumbukan dengan lempeng Samudera Pasifik dengan Benua Asia. Dan di zona kontak antar lempeng ini kita sebut sebagai zona Megathrust, katanya.
Dwikorita pun mengatakan gempa Megathrust itu sendiri merupakan gempa-gempa yang ditimbulkan di zona-zona tunjaman lempeng tersebut biasanya di kedalaman lebih dari 50 km dari permukaan bumi. Gempa yang ditimbulkan di zona itu ada kedalaman kurang lebih biasanya pada kedalaman kurang lebih 50 km dari permukaan bumi ini kita katakan sebagai gempa, gempa di zona Megathrust.
Selain itu, Dwikorita pun memastikan jika kekuatan gempa Megathrust ini sangat bervariasi. Kekuatan magnitudo gempa paling kecil yakni kurang dari 2 dan terbesar yang pernah terjadi salah satunya 9,2 yang terjadi di Banda Aceh dan menimbulkan tsunami.
(Kekuatan gempa) sangat bervariasi, mulai mulai dari magnitudo yang sangat rendah katakan 2 atau kurang dari 2 yang bisa merasakan hanya sensor seismograf ya, hanya alat, sampai yang kekuatannya melampaui 8 magnitudonya bahkan sampai 9, 9,2 itu seperti di Banda Aceh. Nah jadi sangat bervariasi, paparnya.
Lebih lanjut, Dwikorita mengatakan yang membuat masyarakat harus waspada terhadap gempa Megathrust ini adalah yang sifatnya merusak. Biasanya kalau kekuatannya sampai 7, 8 ini kan katastropik, ini kalau di dasar laut tumbukan ini maka bisa membangkitkan tsunami apabila diakibatkan oleh gerak vertikal, patahannya, atau ada longsor bawah laut ini juga bisa menimbulkan tsunami.
Menurut Dwikorita, dari catatan Katalog Gempa BMKG bahwa gempa Megathrust ini sudah tercatat sejak tahun 1600-an. Nah, ini menurut catatan katalog gempa BMKG tahun 1600 itu tercatat sudah ada 20 kali kejadian gempa di zona Megathrust dengan magnitudo lebih dari 8, itu sejak tahun 1600, katanya.
Nah, yang terkini yang baru saja di era generasi kita itu misalnya gempa di Banda Aceh itu ya tahun 2004 itu Megathrust magnitudonya 9,2. Kemudian di Banyuwangi itu sebelumnya tahun 1994, magnitudonya 7,8. Kemudian di Nias tahun 2005 magnitudonya 8,5. Pangandaran tahun 2006 magnitudonya 7,7. Selanjutnya, di Bengkulu tahun 2007 magnitudonya 8,5 dan di Pagai (Mentawai) tahun 2010 magnitudo 7,8, ungkap Dwikorita.
Ini yang tempat-tempat yang kuat yang kecil-kecil bahkan mungkin sudah ratusan terjadi yang tidak tidak dirasakan ataupun yang lemah lebih sering lagi, tandasnya.