Polemik Hak Asuh Anak, Ini Alasan Pihak Ningsih Tinampi Minta Rp 10 M
JawaPos.com- Polemik kepengasuhan anak antara Clara Angeline, warga Sidoarjo, dan pihak Ningsih Tinampi, ahli pengobatak alternatif, tampaknya belum berujung. Sebelumnya, Clara selaku ibu menyebut, ada permintaan duit hingga miliaran bila ingin kembali mengambil anak kandungnya yang telah dibesarkan oleh besan Ningsih Tinampi.
Yanuar Ade, kuasa hukum Ningsih Tinampi, tidak menampik ada permintaan tersebut. Namun, dia menegaskan permintaan itu tak muncul tiba-tiba. Diceritakan, polemik soal rebutan hak asuh anak tersebut bermula saat Clara datang berobat ke Ningsih Tinampi pada 2019.
Ketika itu, lanjut dia, Clara mengeluhkan sakit perut yang tidak sembuh-sembuh selama 10 tahun dirasakannya. Perutnya buncit. Layaknya orang hamil. Melihat kondisi tersebut, sebenarnya Bu Ningsih sudah tahu kalau yang bersangkutan hamil. Tapi, pihak mereka tidak mengakui, ujarnya seperti dilansir Jawa Pos Radar Bromo (12/12).
Hingga 15 Mei 2019, Clara akhirnya melahirkan bayi laki-laki. Saat melahirkan itulah, menurut Yanuar, justru Clara yang bilang kalau bayi tersebut adalah setan yang keluar dari perutnya. Setane wes metu, setane wes metu (setannya sudah keluar, Red). Dia bilang begitu saat itu, imbuh Yanuar menirukan ucapan Clara ketika melahirkan.
Saat itu pula, Clara dan keluarganya tidak mengakui anak tersebut. Bahkan, orang tua Clara bilang kalau anak tersebut jangan sampai dikenalkan ke keluarganya. Apalagi orang lain. Empat hari setelah melahirkan, Clara akhirnya diperkenankan pulang. Perempuan 24 tahun itu sempat membawa pulang bayi beserta ari-arinya. Namun, tak lama dikembalikan lagi ke Ningsih.
Bahkan, Clara sempat menawar-nawarkan anaknya tersebut ke tetangga Bu Ningsih, cerita Yanuar.
Ningsih yang mengetahui hal itu, lanjut Yanuar, merasa tidak tega. Karena, Ningsih mengetahui ekonomi masyarakat sekitar yang ditawari bayi tersebut. Ningsih khawatir, mereka tidak mampu merawat bayi itu dengan baik. Karena itulah, Ningsih mengambil anak tersebut.
Anak itu kemudian diadopsi dan dirawat oleh besan Ningsih, yaitu Bagus dan Sukesi. Untuk melengkapi legalitas, pernyataan tertulis pun dibuat. Sejumlah saksi juga dihadirkan. Tidak hanya warga, ada pula Babinsa ataupun Bhabinkamtibmas. Sejak itu, si bayi dirawat Bagus dan Sukesi.
Menurut Yanuar, Clara sendiri tidak pernah menjenguk bayinya setelah kejadian tersebut. Tapi, baru-baru inilah, persoalan itu dimunculkan. Ketika bayinya sudah menginjak 3,5 tahun. Selama ini ke mana? Jenguk saja tidak. Ujuk-ujuk mau mengambil anak tersebut, sambung Yanuar.
Clara datang tidak sendirian untuk mengambil anaknya saat itu. Ada beberapa pihak yang dilibatkan. Baik dari Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres hingga Dinas Sosial Pemkab Pasuruan. Mediasi sempat dilakukan. Bahkan, pihak Clara yang lebih dulu menawarkan untuk mengganti biaya perawatan. Besarnya Rp 500 juta.
Bagi Ningsih, uang tersebut bukanlah apa-apa. Apalagi, untuk bayi yang tidak boleh disamakan dengan barang. Karena itu, tawaran Clara membuat Ningsih tersinggung. Emosi Ningsih pun tersulut. Hingga akhirnya angka Rp 10 miliar keluar dari mulutnya.
Penawaran itu menyinggung perasaan Bu Ningsih. Makanya, munculkan angka Rp 10 miliar sebagai bentuk kekesalan, aku Yanuar.
Aris Jayadi, kuasa hukum Ningsih Tinampi lainnya, menambahkan, kasih sayang terhadap anak yang hak asuhnya tengah dalam sengketa itu tidaklah bisa dibayar dengan uang. Bagi Ningsih, kebutuhan sehari-hari untuk anaknya, bukan merupakan perkara yang berat untuk diberikan.
Sebenarnya, Bu Ningsih tidak apa-apa, jika anak tersebut diasuh Clara. Hanya saja, cara yang dilakukan Clara menyinggung perasaan orang yang sudah mencurahkan kasih sayang kepada anak tersebut. Apalagi, anak itu sudah dianggap sebagai anak sendiri, jelasnya.
Aris menambahkan, Ningsih sebenarnya siap untuk menyerahkan anak tersebut. Tidak ada masalah. Namun, kembali lagi, caranya haruslah dengan baik. Tidak ujuk-ujuk mau diambil. Sebab, anak tersebut adalah makhluk bernyawa. Bukan barang yang bisa dengan mudah dipindah. Apalagi, anak itu masih balita. Khawatir akan memengaruhi mentalnya.
Bu Ningsih sebenarnya siap, jika anak tersebut mau diambil. Tapi, caranya haruslah humanis. Dan lagi, apa bisa Clara merawatnya? Dulu waktu lahir saja ditinggal. Kami khawatir, setelah diserahkan malah anak ini tak terurus dengan baik, sambungnya.
Cerita Versi Clara Angeline
Sebelumnya, Clara yang tinggal di Sidoarjo itu gundah. Dia ingin mengasuh anak kandungnya. Namun, dia harus menebusnya dengan uang sebesar Rp 10 miliar dari Ningsih Tinampi, ahli pengobatan alternatif di Pandaan, Pasuruan. Namun, belakangan permintaan uang itu turun jadi Rp 2,5 miliar,
Awalnya minta Rp 10 miliar. Terus turun, menjadi Rp 2,5 miliar, kata Clara Angeline saat ditemui Jawa Pos Radar Bromo di Bangil.
Tentu saja Clara tak sanggup membayar. Dia lantas melaporkan kasusnya itu ke Polres Pasuruan. Sementara anaknya itu tetap di tangan Ningsih. Clara bercerita, rebutan anak dengan Ningsih dimulai pada 2019. Saat itu, Clara sering pusing. Rekan ayahnya lantas merekomendasikan agar berobat ke Ningsih Tinampi.
Sebelum ke Ningsih, dia sempat berobat ke Bali. Namun, belum ada hasilnya. Kepalanya masih pusing. Saya pusing tiga hari. Berobat ke Bali, belum ada hasil. Akhirnya, teman papa saya merekomendasikan ke Ningsih Tinampi. Saya sebenarnya tidak mempercayai hal-hal magic, ungkapnya.
Clara kemudian dibawa ke Ningsih untuk menjalani pengobatan alternatif. Saat itu, dia dalam kondisi hamil delapan bulan. Kurang lebih sebulan Clara menjalani perawatan di tempat khusus yang dimiliki Ningsih di Pandaan.
Lalu suatu hari, saat di kamar mandi, bayi yang dikandungnya terlahir. Clara kemudian diangkat pamannya ke kamar. Tanpa ada bidan, Clara melahirkan bayi laki-laki. Saya lahiran di situ. Bidan datang, setelah 15 menit saya lahiran, jelasnya.
Begitu lahir, lanjut dia, banyak yang menginginkan bayinya. Termasuk karyawan Ningsih. Namun, Clara menolak memberikannya. Dia berniat untuk mengasuh anaknya sendiri. Meski sebenarnya, anak tersebut tidak memiliki ayah yang jelas. Saya hamil karena menjadi korban pemerkosaan, tambah Clara.
Kelahiran bayi itu dimungkinkan membuat orang tua Clara tertekan. Saat keadaan tertekan itulah, Ningsih Tinampi disebutkan menakut-nakuti papanya. Clara menyebut, bayi tersebut lahir tanpa ayah. Karena itu, bagaimana dengan reputasi keluarganya nanti.
Bahkan, Ningsih juga menyebut anak yang dilahirkannya adalah anak setan. Hal itu disampaikan kepada papanya hingga membuat papanya makin tertekan.Saya kemudian disuruh menandatangani kertas yang isinya pun belum sempat saya baca, bebernya.
Baru tiga hari bersama bayinya, bayi tersebut kemudian dibawa oleh Ningsih Tinampi. Bayi itu lantas diasuhkan kepada Bagus dan Sukesi, besan dari Ningsih Tinampi yang tinggal di wilayah Prigen.










