15 Nama-Nama Pahlawan Nasional Indonesia beserta Gambar Fotonya
Di Indonesia, ada banyak nama-nama pahlawan yang sangat berjasa bagi kepentingan bangsa dan negara.
Perbuatan nyata para pahlawan Indonesia, sudah selayaknya dikenang dan diteladani sepanjang masa.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan tingkat tertinggi dengan menobatkan mereka sebagai Pahlawan Nasional.
Nama-nama pahlawan Indonesia tersebut tak hanya memperjuangkan kemerdekaan, tetapi juga melahirkan gagasan yang bermanfaat.
Nama-Nama Pahlawan Indonesia
Berikut nama nama pahlawan Indonesia beserta gambar fotonya, yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional berkat perjuangan mereka.
1. Ahmad Yani
Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani adalah komandan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat kelahiran Jenar, Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 19 Juni 1922.
Pada tahun 1943, ia bergabung dengan tentara Jepang yang disebut Pembela Tanah Air (PETA).
Setelah kemerdekaan, ia menjadi tentara republik untuk berjuang melawan Belanda.
Tahun 1958, Yani memerintahkan Operasi 17 Agustus terhadap Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia di Sumatra Barat.
Ia dan pasukannya berhasil merebut kembali Padang dan Bukittinggi, sehingga ia dipromosikan menjadi wakil kepala Angkatan Darat ke-2 kemudian Kepala Angkatan Darat menggantikan Jenderal A. H. Nasution.
Tanggal 1 Oktober 1965, Gerakan 30 September mengepung rumah Yani dan membunuh Yani secara spontan.
Jasad Yani lalu dibawa ke Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur dan disembunyikan di sebuah sumur bekas.
2. Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika merupakan nama pahlawan Indonesia perintis pendidikan bagi wanita pribumi, yang kala itu diharuskan berdiam diri di rumah.
Sempat mengenyam pendidikan di sekolah Belanda Eerste Klasse School, Dewi berhasil mengajarkan teman-temannya membaca dan menulis dalam bahasa Belanda.
Untuk mengajarkan teman-temannya itu, dia menggunakan alat sederhana seperti papan, arang, dan pecahan genting.
Dewi mendirikan sekolah khusus perempuan pertama yang diberi nama Sakola Istri, yang kemudian berubah menjadi Sakola Kautamaan Istri lalu Sekolah Raden Dewi pada 1929.
Sekolah tersebut tak hanya memberikan pelajaran membaca, menulis, dan agama, tetapi juga keterampilan menjahit, menyetrika, memasak, membatik, hingga merawat orang sakit.
3. Donald Isaac Panjaitan
Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan lahir di Balige, Tapanuli, 19 Juni 1925.
Ia mendapatkan pelatihan militer dan ditugaskan sebagai anggota Gyugun di Pekanbaru, Riau.
Panjaitan bersama pemuda lainnya kemudian membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Berawal dari posisi komandan batalyon, lalu ia diangkat untuk menduduki berbagai jabatan hingga menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad).
Ketika menjabat Asisten IV Men/Pangad, ia membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang akan digunakan PKI.
Pada tanggal 1 Oktober 1965 tengah malam, sekelompok anggota Gerakan 30 September memaksa masuk ke rumah Panjaitan.
Panjaitan yang kala itu sedang berdoa, ditembak persis di bagian kepala hingga tewas di tempat.
Jasadnya kemudian dibawa menggunakan truk menuju Lubang Buaya, namun baru ditemukan pada tanggal 4 Oktober.
4. Kartini
Raden Ajeng Kartini adalah pahlawan emansipasi wanita Indonesia yang berjuang agar perempuan mendapatkan pendidikan yang sama seperti laki-laki.
Kartini menganggap bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan wanita sebagai makhluk yang sama, hanya bentuknya yang berbeda.
Oleh karena itu, kedudukan dan kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki tidak boleh dibeda-bedakan.
Kartini mendirikan sekolah bagi gadis-gadis di Jepara. Muridnya hanya sebanyak sembilan orang, terdiri atas kerabat atau teman-temannya.
Pelajaran yang diberikan di sekolah tersebut meliputi menjahit, memasak, menyulam, dan bahasa Jawa.
Pada tahun 1912, sekolah itu berubah nama menjadi Yayasan Kartini dan tersebar di Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan lain sebagainya.
Selain berperan dalam memajukan kaum perempuan melalui pendidikan, Kartini juga sangat menentang poligami dan feodalisme.
Semasa hidupnya, Kartini gemar menulis surat-surat tentang pandangannya terhadap perempuan, yang kini terkumpul dalam buku "Habis Gelap Terbitlah Terang".
5. Ki Hajar Dewantara
Nama Pahlawan Nasional Ki Hajar Dewantara dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Indonesia karena dedikasinya terhadap pendidikan sangatlah tinggi.
Ia merupakan pelopor kemerdekaan pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda, karena telah mendirikan Perguruan Taman Siswa.
Melalui lembaga pendidikan tersebut, Ki Hajar Dewantara tak hanya memberikan hak pendidikan, melainkan juga berusaha menanamkan rasa kebangsaan di hati anak didik.
Ia juga tak segan-segan mengkritik pemerintah Belanda lewat tulisannya yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda).
Akibatnya, Ki Hajar Dewantara dijatuhi hukuman buang di Pulau Bangka. Namun, akhirnya ia menjalani pengasingan di Belanda.
Berkat pengorbanan dan jasa-jasanya, Ki Hajar Dewantara dinobatkan sebagai Menteri Pengajaran (Pendidikan) Indonesia yang pertama.
Kini, tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Begitu pula semboyan ciptaannya, "Tut Wuri Handayani" menjadi slogan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
6. Mas Tirtodarmo Haryono
Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono lahir di Surabaya, 20 Januari 1924 sebagai putra seorang B.B. (Pamong Praja).
Karena keluarganya terpandang, ia dapat mengenyam pendidikan di sekolah dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS 6) dan Europeesche Lagere School (ELS).
Setamat dari HBS, ia sempat masuk Ika Daigakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan Jepang) di Jakarta namun tidak menamatkan karena memilih ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Haryono kemudian bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan memperoleh pangkat Mayor.
Ia kemudian ditugaskan sebagai Sekretaris Delegasi RI, Sekretaris Dewan Pertahanan Negara, Wakil Tetap Kementerian Pertahanan, dan Sekretaris Delegasi Militer Indonesia.
Dini hari pada tanggal 1 Oktober 1965, Gerakan 30 September mendatangi rumah Haryono dan menewaskannya.
Jenazah Haryono dibawa ke dalam truk kemudian dimasukkan ke dalam sumur Lubang Buaya.
7. Mohammad Hatta
Mohammad Hatta sudah aktif di dunia politik sejak masih muda, khususnya di Partai Nasional Indonesia (PNI).
Karena kegiatan politik tersebut, Hatta ditangkap Belanda dan diasingkan ke Irian Jaya kemudian dipindahkan ke Banda Neira.
Hatta juga menjadi Wakil Ketua PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Ia pernah menimba ilmu di Belanda, tepatnya di Sekolah Tinggi Ekonomi di Totterdam.
Di sana, Hatta menjadi pimpinan Perhimpunan Indonesia dan dipercaya menjadi bendahara merangkap anggota Dewan Redaksi Majalah Hindia Putera (Indonesia Merdeka).
Pada 17 Agustus 1945, Hatta ikut mendampingi Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yang telah ia rumuskan sebelumnya.
8. Mohammad Yamin
Mohammad Yamin adalah salah satu pahlawan Indonesia yang memiliki peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Ia bergabung menjadi salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Yamin turut serta merumuskan isi dasar negara yaitu Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Sebelumnya, Yamin juga telah ikut menyusun ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan dalam Kongres Pemuda II.
9. Pierre Tendean
Kapten Czi Pierre Andries Tendean merupakan anak dari Dr. A.L Tendean, seorang dokter berdarah Minahasa dan Maria Elizabeth Cornet, wanita Belanda yang berdarah Prancis.
Pria kelahiran Batavia, 21 Februari 1939 ini berhasil bergabung dalam Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD).
Setelah lulus, Tandean lalu menjadi intelijen, kemudian ditunjuk sebagai ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution.
Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, pasukan Gerakan 30 September mengunjungi rumah dinas Abdul Haris Nasution.
Tendean segera berlari ke depan rumah dinas dan langsung ditangkap oleh gerombolan G30S/PKI.
Karena kondisi rumah yang gelap, mereka mengira Tendean adalah Abdul Haris Nasution.
Ia pun dibawa ke sebuah rumah di daerah Lubang Buaya dan ditembak mati lalu dibuang ke dalam sumur.
10. Siswondo Parman
Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918.
Ia merupakan lulusan sekolah tinggi di kota Yogyakarta (AMS-B) dan sempat menimba ilmu kedokteran.
Namun, karena Jepang menyerang, ia berhenti kuliah dan bekerja untuk polisi militer Kempeitai Jepang.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Parman bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Karier militer Parman bermula dari kepala staf polisi militer, kepala staf gubernur militer, mayor, komandan polisi militer, hingga Mayor Jenderal.
Tanggal 1 Oktober 1965 pukul 04.10 pagi, sebanyak 24 pria berpakaian pengawal presiden, mendatangi rumah Parman.
Parman ditangkap hidup-hidup dan dibawa ke Lubang Buaya, kemudian ditembak mati dan tubuhnya dimasukkan ke dalam sumur.
11. Soedirman
Jenderal Soedirman merupakan panglima besar pertama Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang berkontribusi dalam meraih kemerdekaan Indonesia.
Ia memulai karier militernya dengan bergabung menjadi anggota Pembela Tanah Air (Peta).
Tak terhitung banyaknya peperangan melawan Jepang, Belanda, dan Sekutu yang dipimpin oleh Soedirman.
Salah satu gerilya yang dilakukan Soedirman yaitu saat Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki Yogyakarta.
Ketika pemimpin-pemimpin politik berlindung di kraton sultan, Soedirman justru melakukan perjalanan dan melakukan perlawanan selama tujuh bulan lamanya.
Setelah berhasil membuat Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, Soedirman wafat sebulan kemudian akibat penyakit TBC yang dideritanya.
12. Soekarno
Tak hanya dikenal sebagai nama nama pahlawan Indonesia, Soekarno juga merupakan proklamator sekaligus Presiden RI yang pertama.
Pada 1925, ia mendirikan dan menjadi Ketua Algemeene Studie Club (ASC) di Bandung, yaitu Perhimpoenan Pelajar/Mahasiswa yang berjiwa nasionalisme.
Tahun 1927, Soekarno memprakarsai berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berani menentang penjajahan Belanda.
Soekarno juga pernah dijatuhi hukuman penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda, karena dicurigai melakukan provokasi.
Bahkan, ia kembali ditangkap dan diasingkan di Ende, Flores akibat berbagai upaya yang dilakukannya demi mendapatkan kemerdekaan.
Hingga akhirnya Soekarno menjadi Ketua Panitia Perancang UUD dan Ketua PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Bersama Mohammad Hatta, Soekarno menyatakan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
13. Suprapto
Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto lahir di Purwokerto, 20 Juni 1920 turut menjadi korban dalam G30S/PKI.
Suprapto pernah mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda, latihan keibodan, seinendan, dan syuisyintai, kemudian bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat.
Pada masa awal kemerdekaan, Suprapto menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto.
Selain berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap, ia pun turut dalam pertempuran di Ambarawa melawan tentara Inggris.
Suprapto juga pernah menjadi ajudan Panglima Besar Sudirman hingga Staf Angkatan Darat kemudian diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatra.
Suprapto didatangi rombongan Gerakan 30 September pada 1 Oktober 1965 pukul 04.30 pagi, kemudian dibawa ke Lubang Buaya dan dianiaya hingga tewas dalam keadaan terikat.
14. Sutan Syahrir
Sutan Syahrir merupakan Pahlawan Nasional yang berjuang dari awal sebelum Indonesia terbebas dari belenggu penjajah.
Ia menggagas berdirinya himpunan pemuda Jong Indonesia (Pemuda Indonesia) yang menjadi cikal bakal tercetusnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
Sutan Syahrir juga menjadi orang yang mendesak Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan, tanpa menunggu bantuan Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 14 November 1945, ia diangkat menjadi Perdana Menteri Indonesia yang pertama.
Kiprahnya pun terus berlanjut hingga ke luar negeri, seperti memperjuangkan Indonesia di forum PBB sehingga permasalahan Indonesia menjadi agenda resmi DK PBB.
15. Sutoyo Siswomiharjo
Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 28 Agustus 1922.
Setelah menyelesaikan sekolah dan belajar tentang penyelenggaraan pemerintahan, Sutoyo sempat bekerja sebagai pegawai pemerintah di Purworejo.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Sutoyo bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Ia kemudian menjadi Polisi Militer Indonesia, lalu diangkat menjadi ajudan kolonel, kemudian kepala staf, asisten atase militer, Inspektur Kehakiman Angkatan Darat, hingga akhirnya menjadi inspektur kehakiman/jaksa militer utama.
Sutoyo menjadi korban G30S/PKI. Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, ia dibawa ke Lubang Buaya, lalu dibunuh dan dimasukkan ke dalam sumur.
Itulah nama-nama pahlawan Indonesia yang telah gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan. Semoga jasa-jasa mereka selalu lekat dalam ingatan.