Pesawat 182 Jamaah Haji Indonesia Meledak Menabrak Bukit Nabi Adam di Srilangka

Pesawat 182 Jamaah Haji Indonesia Meledak Menabrak Bukit Nabi Adam di Srilangka

Nasional | republika | Jum'at, 17 Juni 2022 - 10:22
share

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Rencana 182 calon jamaah haji tahun 1974 yang hendak menunaikan Rukun Islam kelima tidak pernah terlaksana, manakala pesawat yang mengangkut mereka meledak menabrak tebing sebelum tiba di Tanah Suci. Pesawat milik Martin Air yang mengangkut 182 calon jamaah haji dan 9 awak pesawat kecelakaan sekitar 15 menit sebelum mendarat di lapangan Internasional Bandaranaike, Kolombo, Sri Langka, 4 Desember 1974.

Rabu usai waktu Isya, 4 Desember 1974, 111 warga Blitar, 16 orang dari Lamongan, 50 warga asal Sulawesi Selatan, 2 orang penduduk kota Surabaya, dan 3 dari Kalimantan Timur, terbang dari Bandara Djuanda, Surabaya. Tujuan terakhir mereka adalah Mekah, tetapi pesawat mesti singgah dulu di Srilangka karena harus mengisi dulu bahan bakar. Mereka hendak menunaikan rukun Islam yang kelima, haji.

Saat itu tak ada penerbangan langsung ke Mekkah, sementara Garuda Indonesia Airways harus mencarter maskapai lain karena armada kurang.

Pesawat yang disewa Garuda tersebut berangkat dari Surabaya dan mampir ke Kolombo untuk mengisi bahan bakar. Pesawat itu adalah jenis DC-8 55f, produksi McDonald Douglash tahun 1966, milik maskapai Belanda Martin Air.

Di masa itu, tidak ada penerbangan langsung dari Indonesia ke Mekkah. Sehingga Garuda Indonesia harus menyewa maskapai lain karena kekurangan armada.


alt

Menukil pemberitaan Antara , di Srilangka, empat jam sejak pesawat Martin Air itu tinggal landas dari Surabaya, Peerkhan Seiyadu yang saat itu berumur 36 tahun, dikejutkan oleh deru suara pesawat yang lebih keras dari biasanya. Saat itu pukul 8 malam waktu Srilanka, Sieyadu melihat pesawat yang terbang terlalu rendah dari arah timur dan tampak hendak menghindari tebing tinggi berselimutkan kabut.

"Terlambat, tebing tinggi itu tak bisa dihindari. Pesawat itu menabrak tebing, lalu memercikan api, hancur berkeping-keping," kisah Sieyadu kepada Antara, 36 tahun kemudian, di Maskeliya, Srilangka.

Puncak perbukitan yang ditabrak pesawat adalah kawasan yang belum pernah dicapai orang sebelumnya. Sieyadu menyebut tak ada satu pun korban ditemukan dalam keadaan utuh kecuali jenazah pramugari Belanda yang kondisi tubuhnya sudah sangat mengkhawatirkan.

Beberapa pekan setelah peristiwa tragis dan investigasi mengenai kecelakaan itu rampung, pemerintah Indonesia membangun monumen, sekitar 400 meter dari tebing di mana kecelakaan terjadi. Tebing itu dikenal sebagai puncak kelima dari rangkaian tujuh puncak yang belum pernah ditaklukan manusia. Orang Srilangka menyebutnya "Anjimalai" atau "Seven Virgins."

Di daerah itu, ada satu puncak yang terkenal ke seluruh dunia, Adam`s Peak atau Sri Pada, yang diyakini banyak pemeluk agama di Asia Selatan dan sebagian Timur Tengah sebagai tempat suci. Kaum Muslim dan Kristen mempercayai puncak itu sebagai tempat di mana Nabi Adam pertama kali menjejakkan kaki di bumi.

Pemeluk Budha yang mayoritas di Srilanka sendiri meyakini telapak kaki di puncak gunung itu adalah milik Sidharta Budha Gautama, sedangkan umat Hindu mengklaimnya sebagai jejak Dewa Syiwa. Daerah berbukit-bukti di Maskeliya itu sekilas mirip kawasan sekitar Danau Toba di Sumatera Utara, sementara jalanan yang menjadi jalur untuk mencapainya mirip daerah Pusuk, Gili, di Pulau Lombok.


alt

Situs sekitar bencana itu sendiri sebenarnya indah menawan, menyerupai wilayah sekitar Gunung Bromo di Jawa Timur atau sekitar Gunung Papandayan di pertemuan Garut dan Pangalengan, Jawa Barat. Monumen kecelakaan haji itu hingga kini tetap terawat, tapi hanya Kedutaan Besar RI di Colombo yang rutin menapaktilasi perjalanan iman ke-182 orang yang kemudian dimaklumatkan sebagai syuhada atau mati syahid oleh pemerintah Indonesia.

"Tak pernah ada keluarga korban yang datang ke sini," ujar Seiyadu yang kini telah memiliki cucu empat orang.

Pengakuan Seiyadu dibenarkan para diplomat Indonesia dari Kedutaan Besar RI di Colombo. "Kami rutin ke sini, setidaknya untuk mewakili keluarga korban menziarahi para warga Indonesia itu," kata seorang diplomat muda.

Kamis, 19 Agustus 2010, Duta Besar RI di Srilanka dan seluruh stafnya mengunjungi monumen di Seven Virgins, yang jauhnya sekitar 6 jam atau sekitar 220 km dari pusat kota Kolombo. Perjalanan itu memang pantas disebut perjalanan ziarah, sehingga ketika mengakhiri kunjungan ke monumen, rombongan perwakilan RI di Srilanka itu menggelar salat gaib untuk mendoakan para korban kecelakaan pesawat 36 tahun silam itu.


alt

Delapan jenazah dimakamkan di Ampel
Laporan-laporan resmi menyebutkan, penyebab kecelakaan adalah adanya kesalahan navigasi, tetapi bukan pada pesawat dan pilot pesawat tersebut. Pemerintah RI sendiri menilai pesawat terbang terlalu rendah dari tinggi minimum (safe altitude) adalah 10.200 kaki, sementara tinggi puncak kelima Seven Virgin yang ditabrak pesawat sekitar 4.600 kaki.

Delapan hari setelah kecelakaan dan setelah melewati investigasi mendalam yang dilakukan banyak pihak, pada 8 Desember 1974, Menteri Agama RI Mukti Ali, menyampaikan pernyataan resmi pemerintah di Surabaya. Waktu itu Mukti menyatakan, "Menurut berita yang diterima, pesawat tersebut terdapat terbakar di daerah bukit-bukit di sekitar Colombo."

Kendati tak dipaparkan rinci, Mukti Ali mengungkapkan bahwa kondisi jasad para calon haji itu begitu buruk sehingga tak mungkin dimakamkan di Tanah Air. Hanya sebagian kecil saja yang bisa dibawa ke Indonesia.

"Menurut instruksi Presiden maka bagian-bagian daripada syuhada haji itu yang masih diperdapat (didapatkan) dikumpulkan menjadi satu peti dan supaya dikubur di Surabaya ini," kata Mukti Ali dalam pernyataan publik yang lembarannya disimpan rapi Kedubes RI di Colombo.

Pemerintah Indonesia kemudian membangun satu kuburan di pemakaman Ampel, Surabaya. Hingga kini, keluarga korban kecelakaan haji di Srilangka itu kerap menziarahi pemakaman Ampel ini.

Namun yang dikuburkan di Ampel hanya sebagian kecil saja, karena sebagian besar jenazah dikubur secara massal di Maskeliya, Srilangka, yang sekaligus menjadi monumen itu. Di antara yang meninggal terdapat dua pramugari Martin Air berkewarganegaraan Indonesia, sementara total awak pesawat sembilan orang, termasuk pilot veteran yang asal Belanda, Lamme.


alt

Mengutip pidato Mukti Ali 36 tahun silam di Surabaya, kedua awak Martin Air yang berkewarganegaraan Indonesia itu adalah Lilik Herawaty, mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya dan Abdul Hamid Usman, mahasiswa IAIN Alauddin, Ujung Pandang. Para calon haji yang menjadi korban rata-rata berumur 40 sampai 65 tahun.

Anak cucu ke-182 calon haji yang meninggal syahid ini mungkin hingga kini rutin menziarahi Ampel, namun tak ada yang pernah mengunjungi pekuburan massal nenek moyang mereka yang ada di Maskeliya, Srilangka.

"Selama ini memang hanya pihak Kedubes yang sering ke Maskeliya," kata Dubes Djafar Husein, usai ziarah Kamis itu. Sampai kini, Kedubes RI di Colombo masih menyimpan rapi semua dokumen berkaitan dengan kecelakaan itu, termasuk laporan barang-barang dan identitas milik para calon haji yang telah menjadi syuhada itu.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Topik Menarik