Misteri Toko Merah Kota Tua, Dibangun sejak Abad Ke-18

Misteri Toko Merah Kota Tua, Dibangun sejak Abad Ke-18

Nasional | inewsid | Sabtu, 5 Maret 2022 - 09:20
share

JAKARTA, iNews.id- Banyak masyarakat percaya ada misteri Toko Merah, Kota Tua yang belum banyak terungkap. Toko Merah terletak di kawasan Kota Tua.

Tepatnya di Jalan Kali Besar Barat Nomor 11, Tambora, Jakarta Barat ini banyak membuat orang merinding saat melintasinya.

Dinding bangunan yang berwarna merah menjadikan bangunan ini mendapat julukan 'Toko Merah'. Toko Merah dibangun pada 1730 sebagai kediaman Gubernur Jenderal Hindia Belanda Gustaaf Willem Baron van Imhoff yang menjabat pada periode 1743 hingga 1750.

Setelah itu, bangunan ini beberapa kali berubah kepemilikannya. Bangunan ini telah menjadi kediaman beberapa Gubernur Jenderal lainnya, yakni Jacob Mossel (1750-1761), Petrus Albertus van der Parra (1761-1775), Reinier de Klerk (1777-1780), Nicolaas Hartingh, dan Baron von Hohendorff.

Pada 1786-1808, bangunan ini diubah menjadi hotel. Untuk menambah fasilitas hotel, manajer hotel saat itu membangun garasi kereta kuda dan kandang yang dapat menampung delapan kereta kuda dan enam belas kuda. Bangunan tambahan tersebut kemudian diubah menjadi rumah-rumah yang berderet.

Selama periode tersebut, hotel ini juga menambatkan enam perahu di Kali Besar untuk mengangkut barang dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada 1851, bangunan ini dibeli oleh Oey Liauw Kong, seorang kapten Cina di Batavia, untuk digunakan sebagai tempat tinggal dan toko. Bangunan tersebut kemudian dicat warna merah, dan karena itulah akhirnya bangunan ini dikenal sebagai Toko Merah.

Pada periode 1920-1940, bangunan ini dijadikan kantor untuk Bank voor Indie. Setelah kemerdekaan Indonesia, bangunan ini berubah fungsi lagi menjadi kantor berbagai BUMN. Saat ini, Toko Merah digunakan sebagai gedung pertemuan dan galeri komersial. Serta dijadikan tempat wisata populer di Kota Tua.

Lantas, apa saja misteri toko merah Kota Tua yang dipercayai oleh masyarakat yakni mengenai legenda yang turun temurun selalu diceritakan. Menurut cerita rakyat, terjadi pembunuhan kaum etnis Tionghoa dan mayatnya dibuang di Kali Besar.

Selain itu, dari bangunan merah tersebut bisa melihat Kali Besar yang penuh darah. Apalagi, bangunan ini konon dijadikan tempat penyiksaan para gadis yang tidak wajar.

Selain itu, banyak yang mendengar suara langkah prajurit, Nona Belanda mengenakan gaun, suara jeritan perempuan yang terus meminta tolong, serta banyak burung bertebangan di alamnya.

Topik Menarik