Mengenal Operasi Laparoskopi, Minimal Sayatan Area Perut dan Panggul

Mengenal Operasi Laparoskopi, Minimal Sayatan Area Perut dan Panggul

Kesehatan | jawapos | Rabu, 3 Agustus 2022 - 16:09
share

JawaPos.com Sejumlah penyakit di area panggul dan perut membutuhkan tatalaksana dengan cara pembedahan. Kini ada sebuah teknik operasi dengan teknologi terbaru di tengah perkembangan ilmu kedokteran yang semakin modern. Salah satunya adalah laparoskopi, teknik bedah invasif minimal atau sayatan minimal yang digunakan di daerah perut dan panggul.

Penyakit yang bisa ditangani menggunakan laparoskopi contohnya adalah usus buntu, batu empedu, hernia, kista, sampai kasus-kasus kanker seperti kanker serviks, kanker usus besar, kanker atau tumor hati, kanker prostat, dan perlekatan usus akibat berbagai penyebab. Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Onkologi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr. Tricia Dewi Anggraeni Sp.OG, Subsp.Onk berpengalaman melakukan laparoskopi untuk kasus-kasus penyakit organ reproduksi perempuan seperti penegakan diagnosis dan tata laksana tumor kandungan jinak seperti kista ovarium, endometriosis, mioma uteri, adenomiosis, sampai penanganan tumor kandungan ganas.

Pada kanker endometrium dan serviks yang masih dini, pengangkatan rahim bisa dilakukan secara laparoskopi sehingga bekas sayatan kecil namun radikalitas operasi tetap tercapai. Prosedur ini diharapkan dapat mempercepat waktu pemulihan serta waktu rawat inap sehingga pasien dapat segera kembali beraktivitas pasca operasi, kata dr. Tricia kepada JawaPos.com baru-baru ini.

Laparoskopi Pada Saluran Kemih
Pada bidang urologi atau yang berkaitan dengan saluran kemih, laparoskopi juga bisa dilakukan untuk pengambilan batu di saluran kemih, perbaikan saluran kemih, pengangkatan kelenjar prostat, dan lain-lain sesuai indikasi klinis. Studi untuk kasus-kasus bedah urologi memang sudah membuktikan bahwa semakin advanced alat laparoskopnya, contohnya 2D versus 3D, maka outcome klinis untuk pasiennya juga lebih baik.

Karena kanker prostat cukup tinggi kejadiannya apalagi pada pria di Indonesia, saya berpengalaman melakukan pengangkatan prostat dengan laparoskopi 3D 4K (ultraHD). Pada kasus pengangkatan kelenjar prostat menggunakan laparoskop yang 3D, waktu operasinya lebih singkat dan kehilangan darahnya juga lebih sedikit. Pasiennya juga lebih cepat pulih saat BAK (Buang Air Kecil), ujar Spesialis Urologi Konsultan Urologi Onkologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan Dokter Syamsu Hudaya, Sp.U (K).

Keunggulan Laparoskopi
Saat ini, operasi laparoskopi sudah berkembang dari teknik 2 dimensi menjadi 3 dimensi. Kelebihan teknik tersebut yaitu visualisasi lebih baik sehingga penggunaan alat lebih efisien dan waktu pengerjaan lebih cepat, namun tentu saja, keterampilan seorang dokter yang kompeten menentukan keberhasilan operasi.

Mayapada Hospital telah menggunakan Laparoskopi dengan teknologi terbaru yaitu 3-dimensi dengan ketajaman 4K (ultraHD). Ditunjang dengan keahlian dokter spesialis yang berpengalaman dan alat yang canggih, pasien diharapkan mendapatkan manfaat dan penanganan yang terbaik di Mayapada Hospital.

Teknik ini menggunakan bantuan laparoskop yakni batang teleskopik tipis dengan kamera di ujungnya untuk melihat ke dalam tubuh Anda tanpa membukanya sepenuhnya. Tidak seperti pembedahan terbuka dengan sayatan 15-30 cm, operasi laparoskopi menggunakan satu hingga empat sayatan kecil berukuran 0.5cm -2cm.

Satu untuk kamera, dan yang lainnya untuk instrumen bedah atau satu port untuk kamera dan instrument bedah (single port). Tujuan laparoskopi untuk mengurangi luka dan perdarahan pada pasien saat operasi serta mempercepat masa penyembuhan pasca operasi (prosedur minimal invasif) atau akses minimal dengan hasil sesuai prosedur operasi yang diharapkan.

Karena prosedur ini juga mengandalkan kecanggihan alat di samping keterampilan dokter operator, maka teknologi yang mutakhir sangat penting. Contohnya dari laparoskopi 2-dimensi berkembang menjadi 3-dimensi, dan dari ketajaman SD, HD, sampai ketajaman 4K/ultraHD.

Laparoskopi yang baik itu tentu saja yang memudahkan dokter operator untuk melihat ke dalam rongga perut. Kalau dengan laparoskopi 2D, apalagi yang gambarnya kurang tajam, dokter memiliki keterbatasan untuk melihat organ mendekati keadaan yang aktual. Sama seperti TV, semakin jernih dan tajam gambarnya pasti lebih enak dilihat, kata Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr. Errawan Wiradisuria Sp.B-KBD, M.Kes.

Yang saya pakai di RS, dengan laparoskopi 3-dimensi dan ketajaman 4K ultraHD, dokter bisa melihat jaringan dengan lebih jelas, pembuluh darah juga tervisualisasi dengan baik, dan saluran-saluran kecil lainnya. Jadi gambarnya sangat detail dan clear. Sebagai contoh pada kasus bedah digestif, alat ini bisa membantu mendeteksi batas tumor, pembuluh darah usus, dan saluran empedu bila ditambahkan pewarnaan (indocyanine green), jelasnya.

Prosedur laparoskopi ini sebetulnya sudah berkembang di Indonesia sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Studi menunjukkan ada pengurangan waktu operasi dan kehilangan darah saat operasi yang signifikan pada pasien yang dioperasi dengan teknologi 4K ultraHD dibandingkan dengan pembedahan terbuka.

Deteksi dan Tindakan:
Lakukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari resiko penyakit menjadi serius. Jangan tunda melakukan tindakan apabila ada gejala yang dirasakan. Bila anda memiliki pertanyaan, anda bisa melakukan konsultasi dengan dokter melalui klik link berikut: https://mayapadahospital.com/askdoctor dan dapatkan voucher diskon pemeriksaan medical check up.