Aksi Heroik Ratu Kalinyamat Penguasa Jepara Serang Portugis di Malaka
Ratu Kalinyamat salah satu penguasa perempuan di Pulau Jawa melakukan serangan besar-besaran ke Portugis. Saat itu, Portugis memang tengah menguasai dan memonopoli perdagangan di kawasan Selat Malaka, sehingga dianggap banyak merugikan pedagang-pedagang asing yang melintas.
Ratu Kalinyamat dengan gagah berani memerintahkan pasukannya untuk menyerang Portugis di Malaka. Penyerangan ini atas ajakan Raja Johor pada 1550 melalui sebuah pucuk surat yang meminta untuk sang ratu berjihad.
Sang Raja Johor kala itu menyatakan Portugis tengah lengah dan menderita berbagai kekurangan. Ratu menjawab ajakan itu dengan mengirimkan armada yang kuat. Dan 200 kapal persekutuan muslim itu, 40 buah datang dari Jepara, membawa 4.000-5.000 prajurit bersenjata.
Panglima yang memimpin, seorang Jawa bernama Sang Adipati, disebutkan sebagai pemberani. Orang Jawa memang memberikan sumbangan penting pada usaha pengepungan Kota Malaka. Mereka menyerangnya dari utara, dan merebut daerah orang pribumi di sana, sebagaimana digambarkan De Graaf pada "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung".
Ketika pihak sekutu Melayu mengakhiri pengepungannya, karena takut akan serangan dari armada Portugis terhadap kota-kota dan pelabuhan-pelabuhannya, pasukan Jawa masih tetap meneruskan pengepungannya. Tetapi, begitu orang Portugis membalas dengan sengit, mereka pun mundur.
Konon saat penyerangan ini ada salah satu pembesar atau pejabat di pasukan Jawa gugur. Hal itu membuat semangat dari pasukan menurun. Alhasil para pasukan Jawa itu mencoba melarikan diri ke pantai dan berusaha naik kapal cepat-cepat, sehingga pertempuran dilanjutkan di darat dan di laut.
Sebanyak 2.000 ribu prajurit Jawa gugur. Markas perkemahan mereka dibakar, sedangkan angin badai yang baru saja datang menyebabkan dua kapal Jawa yang bermuatan penuh terdampar di pantai dan menjadi mangsa orang Portugis.
Beberapa kapal Portugis yang menyerang dari pantai juga menimbulkan kerugian besar. Akhirnya, tidak sampai separuh dari jumlah kapal dan prajurit yang berangkat dari Jepara dapat kembali.
Kendati kalah, sejarah mencatat itulah penyerangan pertama secara besar-besaran dari nenek moyang. Penyerangan di laut menegaskan bagaimana memang nenek moyang kita memiliki keberanian berlayar dengan armada dan pasukan yang memadai melawan penjajah.