Jejak Terakhir Gajah Mada Meditasi hingga Moksa di Air Terjun Madakaripura

Jejak Terakhir Gajah Mada Meditasi hingga Moksa di Air Terjun Madakaripura

Infografis | sindonews | Minggu, 6 Oktober 2024 - 14:44
share

MAHAPATIH Gajah Mada meninggalkan jejak terakhir bertapa atau meditasi hingga moksa (menghilang dari dunia fana) di air terjun Madakaripura, yang serang masuk wilayah Probolinggo, Jawa Timur.

 

Mahapatih Gajah Mada bertapa atau meditasi hingga moksa di air terjun Madakaripura, Probolinggo, Jatim. Foto/Ist

Tempat eksotis ini kerap dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, yang ingin merasakan keindahan alam sembari menyelami sejarah legendaris Kerajaan Majapahit.

Baca juga: Kisah Pertarungan Sengit Gajah Mada Melawan Sunan Bejagung Lor di Watu Gajah Tuban

Berdasarkan Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca, Air Terjun Madakaripura adalah hadiah dari Raja Hayam Wuruk kepada Gajah Mada atas jasa-jasanya dalam memperluas kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Di kawasan ini, berdiri tegak sebuah patung yang menggambarkan kebesaran Gajah Mada, berlokasi tak jauh dari air terjun yang megah dan abadi alirannya.

 

Julukan air terjun abadi pun disematkan pada Madakaripura, karena airnya tak pernah berhenti mengalir, meski di musim kemarau.

Berada di dalam kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, secara administratif air terjun ini masuk ke wilayah Kabupaten Probolinggo.

Baca juga: 3 Musuh Terberat yang Dihadapi Gajah Mada, Terakhir Paling Melegenda

Suasana sejuk dan hening, disertai gemuruh air, memberikan kesan mistis yang kuat.

Bertapa untu Mencapai Moksa

Penduduk setempat mempercayai bahwa Mahapatih Gajah Mada melakukan tapa brata di sini untuk menyucikan dirinya sebelum mencapai moksa.

Keyakinan ini menarik banyak penganut aliran Kejawen yang datang untuk bermeditasi, terutama pada hari-hari yang dianggap keramat.

Mitos ini semakin memperkuat kepercayaan bahwa Madakaripura adalah tempat sakral, bukan hanya bagi mereka yang tertarik pada wisata alam, tetapi juga bagi para pencari ketenangan spiritual.

Selain terkait dengan kisah meditasi Gajah Mada, lontar Badad Gajah Mada menyimpan cerita asal-usul sang tokoh besar.

Dikisahkan bahwa Gajah Mada lahir dari seorang pendeta Hindu di Wilatikta bernama Mpu Curadharmayogi dan istrinya, Patni Nuriratih. Keduanya memilih hidup terpisah demi menjalani kehidupan sebagai pendeta, meski tetap bertemu setiap hari.

Namun, takdir berkata lain. Kehamilan Patni terjadi karena godaan Hyang Brahma yang menyerupai Mpu Curadharmayogi.

Rasa malu dan beban moral membuat keduanya melarikan diri ke hutan, hingga akhirnya si jabang bayi, yang kelak dikenal sebagai Gajah Mada, lahir di Desa Maddha.

Setelah dilahirkan, bayi Gajah Mada sempat ditinggalkan di desa tersebut, hingga akhirnya diasuh oleh seorang pemuka desa. Nasibnya berubah saat ia dibawa ke Majapahit dan dirawat oleh seorang patih. Tak lama setelahnya, Gajah Mada tumbuh menjadi figur sentral dalam sejarah Majapahit.

Sumpah Palapa

Karir militer Gajah Mada mulai bersinar setelah berhasil menyelamatkan Raja Jayanegara dari pemberontakan Ra Kuti pada tahun 1319. Sejak itu, Gajah Mada dipercaya menumpas berbagai pemberontakan, hingga akhirnya diangkat sebagai Mahapatih Majapahit oleh Tribhuwana Wijayatunggadewi.

Namanya semakin terkenal ketika berhasil memperluas kekuasaan Majapahit ke berbagai penjuru Nusantara, termasuk Bali, Sriwijaya, dan Tumasik (sekarang Singapura).

Salah satu peristiwa paling dikenang dalam sejarah Gajah Mada adalah Sumpah Palapa, sebuah janji untuk tidak menikmati kesenangan duniawi sebelum berhasil menyatukan Nusantara. Peristiwa ini tetap menjadi topik yang diperdebatkan oleh sejarawan hingga kini.

Menurut Kitab Negarakertagama, Gajah Mada dianugerahi wilayah Madakaripura setelah banyak kerajaan penting berhasil direbut.

Di sinilah, dalam kesunyian air terjun abadi, Gajah Mada melakukan meditasi terakhirnya, menjadikan tempat ini penuh dengan aura mistis dan sejarah yang menunggu untuk dijelajahi.

Topik Menarik