IPEKA IICS Angkat Isu Rasisme hingga Mempertahankan Nilai Budaya di MUN 2025

IPEKA IICS Angkat Isu Rasisme hingga Mempertahankan Nilai Budaya di MUN 2025

Terkini | inews | Sabtu, 18 Januari 2025 - 14:13
share

JAKARTA, iNews.id - IPEKA Integrated Christian School (IICS) mengangkat sejumlah isu global seperti rasisme hingga mempertahankan nilai budaya dalam gelaran konferensi Model United Nations (MUN) 2025, atau simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Dari pantauan iNews.id di lokasi, acara digelar di dalam kelas dengan berbagai simulasi sidang PBB. Para peserta disimulasikan mewakili negara-negara di dunia yang menjadi anggota PBB. Selanjutnya, peserta akan memberikan argumen terhadap isu-isu yang diberikan oleh moderator.

Acara ini dihadiri oleh lebih dari 50 sekolah dari se-Jabodetabek. Sehingga, MUN diharapkan bisa menjadi wadah bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan diplomasi, public speaking, dan pemahaman terhadap permasalahan dunia.

Junior and Senior Academic Principal IPEKA IICS, Anika Browne Jones menjelaskan, MUN sejalan dengan filosofi kurikulum International Baccalaureate (IB) yang diterapkan di sekolah ini. 

“Jadi di sekolah kami, karena kami melakukan International Baccalaureate (IB) yang fokus ke arah filsafat dan juga belajar mengenai isu-isu global di dunia sekarang khususnya dengan isu-isu yang sangat kritis dan banyak sekali siswa-siswi yang sangat tertarik akan hal ini,” ujar Anika saat ditemui di IPEKA IICS, Jakarta, Sabtu (18/1/2025).

 Anika menambahkan, tema utama konferensi MUN kali ini adalah “Jalinan Masa Lalu Kita: Melestarikan Budaya dan Memberdayakan Komunitas Marjinal", dengan harapannya adalah agar generasi muda kini bisa menghargai dan menjaga budaya, baik secara lokal maupun global serta memberdayakan komunitas yang terpinggirkan.

Lebih lanjut, Anika menambahkan bahwa MUN mengangkat isu-isu seperti rasisme, diskriminasi gender, dan mempertahankan nilai-nilai budaya. 

“Jadi banyak sekali isu-isu yang sebenarnya kita bisa melihat seperti rasisme dan juga yang lain-lain seperti diskriminasi terhadap wanita dan lain-lain yang bisa kami cari solusi dan jalan tengahnya sehingga dunia kita tinggal sekarang itu juga bisa saling berdamai dengan sesama yang lain dan juga untuk mempertahankan budaya baik di antara Indonesia maupun secara global gitu,” ucapnya.

Berawal dari konferensi kecil yang melibatkan sekolah-sekolah cabang IPEKA, Anika mengatakan MUN tahun ini telah berkembang menjadi acara besar yang pesertanya lebih dari 50 sekolah. 

“Jadi tahun lalu, kita mengambil langkah kecil sebuah langkah permulaan yaitu kami mengundang sekolah-sekolah dari cabang IPEKA lainnya dan kami mengundang untuk konferensi kecil sebelum kami juga meningkatkan untuk konferensi ini dan Puji Tuhan kami bisa mengundang 50 sekolah lebih dan di seluruh Jakarta dan Indonesia ya mungkin,” tuturnya.

“Harapannya ke depan adalah agar kami bisa saling menghargai budaya yang berbeda-beda dan juga saling terus menjadi sebuah anak-anak generasi muda yang peduli akan dunia dan juga peduli akan damainya di dunia sih,” ujarnya.

Selain mengenalkan siswa pada dinamika diplomasi global, Anika mengatakan MUN juga dirancang untuk meningkatkan keterampilan public speaking, analisis, dan kolaborasi. 

Pasalnya, kata Anika, generasi muda saat ini harus terus memahami isu-isu global salah satunya lewat gelaran MUN kali ini. Dia pun berharap MUN bisa menjadi agenda rutin IPEKA IICS.

“Kami ingin siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga memahami dan terlibat dalam permasalahan dunia secara nyata. Kami akan terus mengevaluasi dan meningkatkan acara ini agar lebih efektif di masa depan. Rundown konferensi akan disempurnakan untuk mencapai tujuan yang lebih besar,” ujarnya.

Topik Menarik