Kecelakaan Pesawat di Korsel Tewaskan 179 Orang, Bos Jeju Air Dicegah ke Luar Negeri
SEOUL, iNews.id - Kepolisian Korea Selatan (Korsel) mencegah CEO Jeju Air Kim E Bae meninggalkan negara itu terkait penyelidikan kecelakaan pesawat Boeing 737-800 7C 2166 pada 29 Desember lalu.
Sebanyak 179 dari total 181 orang di dalamnya tewas, menjadikannya sebagai kecelakaan pesawat paling mematikan di Korsel sepanjang sejarah negara itu.
Keputusan itu mencegah Kim diambil setelah polisi menggeledah kantor pusat Jeju Air di Seoul, operator Bandara Internasional Muan, dan badan penerbangan sipil setempat.
Badan Kepolisian Provinsi Provinsi Jeolla Selatan menggelar operasi penggeledahan dan penyitaan di tiga lokasi tersebut sejak Kamis (2/1/2025) pagi. Para penyidik mencari dokumen dan materi yang terkait dengan pengoperasian dan perawatan pesawat serta pengoperasian fasilitas bandara.
Penjabat Presiden Korsel Choi Sang Mok sebelumnya memerintahkan tindakan segera jika ditemukan masalah pada unit Boeing 737-800 lainnya.
Kementerian Perhubungan Korsel pada Senin lalu memerintahkan pemeriksaan terhadap semua armada Boeing 737-800 yang digunakan maskapai lokal. Tindakan serupa juga diambil militer, yakni Angkatan Laut dan Angkatan Udara yang mengoperasikan 737-800 dan 737-700 sebagai pesawat intai.
"Karena ada kekhawatiran besar di kalangan masyarakat mengenai model pesawat yang sama terlibat dalam kecelakaan tersebut, Kementerian Perhubungan dan organisasi terkait harus melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap operasional, pemeliharaan, pendidikan, dan pelatihan," kata Choi.
Sementara itu dua kru yang selamat dari kecelakaan itu masih menjalani perawatan di rumah sakit di Seoul. Mereka menderita luka serius, meski tak mengancam nyawa. Informasi dari kedua korban sangat penting bagi penyelidikan.
Dua kru tersebut duduk di bagian ekor pesawat dan berhasil diselamatkan.