Rupiah Hari Ini Ditutup Terkoreksi Nyaris Sentuh Rp16.200 per Dolar AS
JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (2/1/2025). Rupiah terkoreksi 66 poin atau 0,41 persen ke level Rp16.198 per dolar AS setelah sebelumnya terapresiasi.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan dolar AS disebabkan sentimen eksternal yaitu Presiden AS yang akan datang Donald Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif tambahan pada China, yang diperkirakan akan memicu potensi perang dagang AS-China tahun ini setelah Trump menjabat akhir bulan ini.
"Selain itu, pertemuan Federal Reserve pada bulan Desember mengisyaratkan lebih sedikit pemotongan pada tahun 2025 karena inflasi tetap menjadi perhatian utama, yang selanjutnya meredam prospek pasar Asia," kata Ibrahim dalam risetnya, Kamis (2/1/2025).
Sentimen lain datang dari Korea Selatan yang mengalami krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer pada tanggal 3 Desember, yang dengan cepat ditarik kembali karena tekanan parlemen.
Selanjutnya, Yoon dimakzulkan dan diskors dari jabatannya pada bulan Desember, menghadapi tuduhan pemberontakan dan penyalahgunaan kekuasaan. Pengadilan Seoul telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadapnya.
Selain itu, aktivitas manufaktur China mengalami pertumbuhan yang lebih lemah dari yang diantisipasi pada bulan Desember, menurut data indeks manajer pembelian swasta (PMI) yang dirilis pada hari Kamis, yang menunjukkan bahwa dampak dari langkah-langkah stimulus baru-baru ini memudar.
Hasil PMI Caixin mengikuti data pemerintah awal minggu ini, yang juga mengindikasikan bahwa sektor manufaktur berkembang pada bulan Desember tetapi dengan kecepatan di bawah ekspektasi.
Dari sentimen domestik, Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia kembali ekspansif usai berada di zona kontraksi selama 5 bulan beruntun. Berdasarkan laporan terbaru S&P Global, Kamis (2/1/2025), PMI manufaktur Indonesia menguat ke level 51,2 pada Desember 2024 dari sebelumnya terkontraksi di 49,6 pada November 2024. Indeks kinerja manufaktur ini merupakan yang tertinggi sejak Mei 2024.
Kenaikan PMI tersebut didorong oleh kenaikan volume produksi dan permintaan baru secara bersamaan. Secara keseluruhan, produksi naik pada tingkat sedang. Namun, pada laju lebih cepat dibandingkan November 2024.
Permintaan pasar secara umum dilaporkan menguat, baik di dalam maupun luar negeri. Volume penjualan ekspor baru naik, meski marginal, untuk pertama kali hanya dalam waktu kurang dari 1 tahun.
Perekonomian manufaktur Indonesia berakhir pada tahun 2024 dengan catatan positif. Ekspansi untuk pertama kali sejak pertengahan tahun menunjukkan bahwa penjualan dan output naik.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi mencapai 0,44 persen (month to month/mtm) dan 1,57 persen (year on year/yoy) pada Desember 2024. Inflasi tahunan (yoy) yang tercatat pada Desember juga menjadi inflasi pada tahun berjalan.
Dengan hanya mencatat inflasi 1,57 persen inflasi 2024 akan menjadi yang terendah dalam sejarah Indonesia. Sebagai catatan, inflasi terendah yang pernah dicatat BPS sebelumnya adalah pada 2020 yakni 1,68 persen.
Rendahnya inflasi 2024 disebabkan sejumlah faktor mulai dari melemahnya daya beli serta melandainya harga bahan pangan pokok setelah terbang pada 2022 dan 2023.
Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp16.180-Rp16.270 per dolar AS.