Pesawat Jeju Air Kecelakaan Tewaskan 179 Orang, Benarkah Burung Penyebabnya?

Pesawat Jeju Air Kecelakaan Tewaskan 179 Orang, Benarkah Burung Penyebabnya?

Berita Utama | inews | Senin, 30 Desember 2024 - 07:16
share

SEOUL, iNews.id - Para pakar penerbangan berspekulasi mengenai penyebab kecelakaan pesawat Boeing 737-800 Jeju Air di Muan, Korea Selatan (Korsel), pada Minggu (29/12/2024). Hanya dua orang dari total 181 penumpang dan kru yang selamat, menjadikannya sebagai kecelakaan pesawat paling mematikan di Korsel.

Penyelidikan awal mengungkap kecelakaan disebabkan masalah pada struktur pesawat setelah bertabrakan dengan burung.

Penyebab pastinya masih belum diketahui, namun beberapa pakar menyampaikan analisis berbeda, seperti gangguan teknis dengan alasan bahwa mesin dan rem di kedua sisi pesawat mengalami kerusakan yang memicu kecelakaan. Tabrakan dengan burung saja dinilai tak akan sampai menyebabkan kegagalan semua fungsi komponen penting.

Kementerian Perhubungan Korsel menyatakan pilot pesawat sempat menyampaikan mayday pada pukul 08.58 atau 1 menit setelah menara kontrol Bandara Internasional Muan memberikan peringatan tabrakan burung.

Pesawat lalu berusaha mendarat dari arah yang berlawanan dengan landasan pacu pada pukul 09.00 dalam kondisi roda tak keluar. Kemudian pesawat tergelincir keluar landasan, menabrak dinding pagar beton bandara dalam kecepatan tinggi, lalu meledak hebat dan terbakar.

Sebagian besar pakar penerbangan sepakat bahwa roda pendaratan yang tidak berfungsi merupakan penyebab langsung kecelakaan tersebut.

"Jika Anda melihat videonya, roda pendaratan tidak membuka sempurna," kata Choi Kee Young, pengamat penerbangan dari Universitas Inha, dikutip dari.Yonhap, Senin (30/12/2024).

Pesawat, lanjut dia, dilengkapi dengan beberapa sistem pengereman. Jika roda pendaratan tidak berfungsi, mesin penggerak terbalik bisa mengangkat sayap yang berfungsi sebagai rem udara. Namun, rem tersebut tampaknya juga tidak berfungsi.

"Jika terjadi pendaratan miring, pesawat harus memperlambat laju dengan membuat lebih banyak hambatan udara menggunakan sayap, tetapi ini tidak terlihat dalam video," kata Choi.

Dia menduga kedua mesin mengalami kerusakan. 

"Jika kedua mesin rusak, pesawat akan jatuh dan perintah pilot tidak bisa disampaikan," ujarnya.

Pakar lain menilai, tabrakan burung sebagai penyebab paling mungkin yang membuat roda pendaratan gagal berfungsi. Tabrakan burung merusak sistem pada mesin dan sistem hidrolik.

"Jika burung masuk mesin, hal itu bisa merusak mesin dan memengaruhi sistem hidrolik yang terhubung dengannya," kata Kim Kyu Wang, direktur Pusat Pendidikan Penerbangan Universitas Hanseo.

Sistem hidrolik, jelas dia, menaikkan dan menurunkan roda selama lepas landas dan mendarat. Bagian itu mungkin telah rusak.

Namun, beberapa pihak berpendapat, tabrakan burung hanya akan berdampak pada satu mesin, sehingga tidak memengaruhi semua sistem.

Mereka menilai, jika satu mesin rusak karena tabrakan burung, mesin kedua masih dapat menggerakkan roda pendaratan. Oleh karena itu, mereka yakin ada masalah sistemik tambahan.

Para ahli menyerukan penyelidikan menyeluruh untuk menentukan apakah kecelakaan itu disebabkan oleh tabrakan burung, cacat struktur pesawat, atau perawatan yang buruk.

"Kita perlu menganalisis penyebabnya, tapi sangat tidak biasa jika ketiga roda pendaratan rusak semua," kata Kim In Gyu, direktur Pusat Pendidikan Penerbangan Universitas Dirgantara Korea.

Topik Menarik