Setelah Digulingkan, Bashar Al Assad Digugat Cerai Istri di Rusia?
ISTANBUL, iNews.id - Media massa Rusia dan Turki melaporkan istri Bashar Al Assad, Asma, mengajukan cerai suaminya. Kabar tersebut buru-buru dibantah oleh Kremlin.
Assad dan keluarganya melarikan diri ke Rusia setelah kelompok oposisi bersenjata yang dipimpin Hayat Tahrir Al Sham (HT) menguasai Ibu Kota Damaskus pada 8 Desember lalu.
Istana Kremlin membantah pemberitaan bahwa Asma mengajukan carai dan hendak meninggalkan Rusia.
"Tidak, itu tidak sesuai dengan kenyataan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seperti dikutip dari Anadolu, Selasa (24/12/2024).
Beberapa media pada Minggu (22/12/2024) melaporkan, Asma akan mengajukan gugatan cerai di Rusia, tempat pasangan itu mendapat suaka dari Presiden Vladimir Putin.
Menurut laporan tersebut, Asma mengungkapkan ketidakpuasan dengan kehidupannya di Moskow sehingga ingin pindah ke London, Inggris, negara tempatnya dilahirkan.
Assad menjadi penguasa Suriah terakhir dari Partai Baath, mengakhiri cengkraman partai itu selama 61 tahun.
Rusia merupakan sekutu dekat rezim Assad, membantu pemerintahannya melawan HTS dan kelompok-kelompok oposisi lain dalam perang saudara sejak 2011, setahun setelah dia berkuasa.
Surat kabar Inggris Financial Times melaporkan Assad pernah mengirim uang tunai ke Rusia sebesar 250 juta dolar AS atau sekitar Rp4 triliun (kurs saat ini). Uang itu dikirim antara 2018 hingga 2019 saat Rusia sedang babak belur dijatuhi sanksi dari negara-negara Barat.
Di saat yang sama, Assad sangat membutuhkan bantuan militer dari Rusia dalam menghadapi perang saudara melawan para pemberontak.
Bank sentral Suriah menerbangkan uang tunai tersebut dalam mata uang dolar AS dan euro ke Bandara Vnukovo, Moskow. Uang tunai dengan bobot hampir 2 ton itu kemudian disetorkan ke bank-bank Rusia yang dikenai sanksi oleh AS.
Pengiriman uang tersebut juga berlangsung selama periode saat Suriah sangat bergantung pada dukungan militer Rusia, termasuk dari parusahaan tentara bayaran Wagner Group.
"Rezim harus membawa uang mereka ke luar negeri ke tempat yang aman agar bisa menggunakannya untuk mendapatkan kehidupan yang baik bagi rezim dan lingkaran dalamnya," kata David Schenker, mantan Asisten Menteri Luar Negeri (Menlu) AS untuk Urusan Timur Dekat.
Uang tunai itu digunakan oleh Rusia untuk berbagai keperluan, termasuk pembayaran gandum, biaya militer, serta pencetakan uang di Rusia.