Indonesia Targetkan Penjualan Mobil Kembali Tembus 1 Juta Unit di 2025

Indonesia Targetkan Penjualan Mobil Kembali Tembus 1 Juta Unit di 2025

Otomotif | inews | Rabu, 4 Desember 2024 - 21:33
share

JAKARTA, iNews.id - Indonesia menargetkan penjualan mobil baru kembali menyentuh angka 1 juta unit pada 2025. Tahun ini, penjualan mobil nasional hanya ditarget 850.000 unit, turun 23 persen dari perkiraan sebelumnya 1,1 juta unit.

Di sisi lain, Indonesia saat ini masih terjebak one million trap, merujuk pada kondisi stagnasi pasar otomotif yang sulit melampaui penjualan 1 juta unit per tahun. Ini ditunjukkan dengan penjualan selama 10 tahun stagnan di angka sekitar 1 juta sejak 2015, setelah puncak penjualan pada 2013 sebanyak 1,23 juta unit.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil (wholesales) pada Januari hingga Oktober 2024, sebanyak 709 ribu unit. Jumlah ini mengalami kontraksi sebesar -15,01 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama 2023.

Gaikindo berharap penjualan mobil kembali tumbuh seiring kembali naiknya daya beli masyarakat dengan target penjualan 1 juta unit. Diperlukan insentif khusus untuk mengerek kembali penjualan mobil dan menghadapi tantangan wacana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) pada 2025

"Kami optimistis menuju 1 juta unit. Kita berusaha ke sana, dan sudah dilakukan. Melalui pameran-pameran bisa berdampak," ujar Sekum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara dalam forus diskusi Mengakhiri One Million Trap Menyongsong Era Rendah Emisi di Jakarta, Rabu (4/11/2024).

Kukuh menuturkan, salah satu langkah yang harus dilakukan pemerintah adalah dengan memperluas insentif tidak hanya pada kendaraan listrik berbasias baterai (BEV), tapi juga kendaraan hybrid (HEV). Ini diyakini akan mendorong penjualan mobil. 

"Apalagi mobil hybrid penjualannya terus tumbuh. Mobil hybrid mampu mengurangi emisi dan memberikan kontribusi pada efisiensi konsumsi bahan bakar. Jika insentif diberikan ini dapat mendorong penjualan mobil karena harga lebih terjangkau," katanya. 

"Setiap produsen kendaraan perlu memperluas portofolio produk, mencakup kendaraan listrik, hybrid, dan biofuel, serta varian kendaraan yang lebih terjangkau," ujar Kukuh.

Ekonom Senior dan Komisaris BCA, Cyrillus Harinowo mengatakan,  penjualan mobil di Indonesia dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, tren harga mobil di Indonesia cenderung tinggi akibat kenaikan pajak. 

"Pajak mobil kita mahal sekali. Ini menyababkan orang berpikir tak perlu sering-sering beli mobil. Kedua, masyarakat wait and see. Orang mulai melihat banyaknya mobil listrik dari china, apakah harganya akan lebih murah lagi. Meski demikian, saya berani bertaruh penjualan mobil bisa naik kembali ke 1 juta unit di 2025," ujarnya.

Asisten Deputi Pengembangan Industri  Kementerian Koordinator Bidang Pereknomian, Ekko Harjanto mengatakan, untuk mendorong penjualan kendaraan pemerintah berkomitmen kembali memberikan insetif untuk mobil listrik.

Dalam rangka mendorong masifnya penggunaan kendaraan listrik di Indonesia dan menarik investor masuk untuk menciptakan ekosistem KBLBB, pemerintah telah merevisi Perpres No 55 Tahun 2019 menjadi Perpres Nomor 79 Tahun 2023. 

Ekosistem industri kendaraan listrik nasional berdasarkan Permenperin No 28 Tahun 2023, target kuantitatif mobil listrik yang diproduksi hingga 2025 sebanyak 400 ribu unit dan motor listrik sebesar 6 juta unit. Hingga 2022, jumlah produsen mobil listrik yang sudah masuk ke Indonesia sebanyak 6 pabrikan dengan kapasitas produksi rata-rata mencapai 16.000 unit per tahun. 

"Untuk insentif saat ini sedang kami bahas. Kami tidak hanya membahas mobil listrik baterai dan hybrid. Tapi juga kendaraan energi terbaru lainnya, seperti bioetanol dan hidrogen," kata Ekko. 

Dia menyampaikan beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi tantangan one million trap ini, seperti relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). "Pemerintah memberikan relaksasi PPnBM untuk kendaraan tertentu, terutama yang ramah lingkungan seperti Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) dan Batery Electric Vehicle (BEV). Langkah ini diharapkan dapat menurunkan harga jual kendaraan sehingga lebih terjangkau bagi konsumen," katanya.

"Pemerintah juga saat ini telah memberikan berbagai insentif untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) agar mendorong penjualan kendaraan nasional, seperti PPnBM, Bea Masuk 0 persen untuk mobil impor dengan komitmen perakitan lokal dan Tax Allowance," ujarnya.

Menurut Ekko, pemerintah perlu mendorong pengembangan kendaraan hemat energi dan harga terjangkau untuk memenuhi kebutuhan segmen menengah ke bawah. LCGC diharapkan dapat memperluas basis konsumen kendaraan bermotor di Indonesia.

Ekko Harjanto menyampaikan ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mengatasi tantangan one million trap ini, seperti relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

"Pemerintah memberikan relaksasi PPnBM untuk kendaraan tertentu, terutama yang ramah lingkungan, seperti Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) dan Batery Electric Vehicle (BEV). Langkah ini diharapkan dapat menurunkan harga jual kendaraan sehingga lebih terjangkau bagi konsumen," katanya.

"Pemerintah juga saat ini telah memberikan berbagai insentif untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) agar mendorong penjualan kendaraan nasional, seperti PPnBM, bea masuk 0 persen untuk mobil impor dengan komitmen perakitan lokal dan Tax Allowance," ujarnya.

Menurut Ekko, pemerintah perlu mendorong pengembangan kendaraan hemat energi dan harga terjangkau (LCGC) untuk memenuhi kebutuhan segmen menengah ke bawah. LCGC diharapkan dapat memperluas basis konsumen kendaraan bermotor di Indonesia.

Topik Menarik