Lupakan Perang, Rusia dan AS Kerja Sama Bikin Matahari Buatan Terbesar di Dunia

Lupakan Perang, Rusia dan AS Kerja Sama Bikin Matahari Buatan Terbesar di Dunia

Berita Utama | inews | Jum'at, 11 Oktober 2024 - 07:00
share

MOSKOW, iNews.id - Perusahaan raksasa energi Rusia Rosatom terlibat dalam megaproyek matahari buatan bertenaga nuklir. Megaproyek fusi nuklir global itu sedang berlangsung di Prancis.

CEO Rosatom Aleksey Likhachev mengatakan Rusia bahkan memperluas perannya dalam megaproyek bernama Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER) atau matahari buatan terbesar di dunia itu.

Selain Rusia, megaproyek ITER juga melibatkan perusahaan-perusahaan China, Uni Eropa, India, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Tujuan dari proyek ini adalah menyediakan pasokan listrik yang aman dan hampir tak terbatas.

Likhachev telah bertemu dengan Direktur Jenderal ITER Pietro Barabaschi di Rusia. Mereka membahas berbagai isu terkait pemenuhan kewajiban Rusia untuk memproduksi serta memasok peralatan.

“Kami berterima kasih kepada pimpinan ITER, yang tidak hanya menunjukkan sikap yang adil dan jujur, tapi juga penuh semangat melibatkan dan memperluas partisipasi Rusia dalam proyek ini,” kata Likhachev, seperti dikutip dari RT, Jumat (11/10/2024).

Sementara itu Barabaschi menjelaskan diskusi berjalan dengan sangat produktif.

"Setelah menghadapi beberapa kendala, kami sekarang kembali ke jalur yang benar. Kita ami memiliki rencana baru ke depannya." katanya.

Kontribusi Rusia, lanjut dia, seperti halnya semua anggota ITER, sangat penting, menunjukkan komitmen bersama terhadap pengembangan energi fusi yang bisa bermanfaat bagi seluruh dunia. 

Dukungan Rusia mencakup semua bidang, mulai dari komponen penting hingga inovasi teknologi.

Megaproyek ITER dimulai pada 1985 setelah pertemuan puncak antara presiden AS saat itu Ronald Reagan dengan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev. 

Matahari buatan iitu diproyeksi menjadi perangkat fusi terkuat di dunia, mampu menghasilkan reaksi nuklir skala besar.

Proyek bernilai miliaran euro itu menghadapi serangkaian kendala teknis dan masalah biaya selama beberapa tahun, termasuk sanksi yang dijatuhkan negara Barat terhadap terkait konflik Ukraina.

Rusia merupakan pemasok utama 25 sistem berteknologi tinggi untuk fasilitas masa depan tersebut. Pengiriman peralatan selalu dilakukan tepat waktu, mematuhi jadwal pembangunan reaktor.

Topik Menarik