Harga Minyak Mentah Naik 1 Persen Imbas Gangguan Pasokan dan Penantian Kebijakan The Fed

Harga Minyak Mentah Naik 1 Persen Imbas Gangguan Pasokan dan Penantian Kebijakan The Fed

Ekonomi | inews | Rabu, 18 September 2024 - 07:03
share

NEW YORK, iNews.id - Harga minyak mentah naik 1 persen pada perdagangan hari Selasa (17/9/2024) waktu setempat. Hal ini dipengaruhi gangguan pasokan dan para pelaku pasar yang bertaruh bahwa permintaan akan tumbuh jika bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve akan menurunkan suku bunga minggu ini.

Kedua kontrak minyak ditutup pada level tertinggi pada bulan ini. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 1,10 dolar AS atau 1,6 persen menjadi 71,41 dolar AS per barel. Sementara, minyak mentah berjangka Brent naik 95 sen atau 1,3 persen menjadi 73,70 dolar AS per barel.

Mengutip Reuters, lebih dari 12 persen produksi minyak mentah dari Teluk Meksiko AS berhenti beroperasi imbas badai francine pada minggu lalu, yang mengangkat harga minyak dalam empat dari lima sesi terakhir. Hal ini membuat harga Brent bangkit setelah mencapai level terendah dalam hampir tiga tahun pada pekan lalu.

Selain itu, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi dari ketegangan terbaru yang terjadi di Timur Tengah. Dikabarkan bahwa kelompok militan Hizbullah berjanji akan membalas Israel setelah pager meledak di Lebanon pada hari Selasa, yang menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai hampir 3.000 orang lainnya termasuk para pejuang dan utusan Iran untuk Beirut. 

Selain itu, harga minyak naik karena terganggunya pasokan di Libya, di mana keretakan antara faksi-faksi yang bersaing memperebutkan kendali bank sentral telah menyebabkan penurunan produksi dan ekspor minyak.

Pembicaraan yang dipimpin oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyelesaikan krisis di negara tersebut gagal mencapai kesepakatan pada minggu ini.

Ekspor minyak mentah Libya naik tiga kali lipat minggu lalu menjadi sekitar 550.000 barel per hari, menurut tinjauan Reuters pada data pengiriman Kpler. Namun, angka ini masih setengah dari ekspor pada bulan lalu lebih dari 1 juta barel per hari.

Investor juga berharap pemotongan suku bunga Fed yang telah lama diantisipasi dapat menghidupkan kembali permintaan di negara konsumen minyak teratas.

Analis energi dan pengiriman independen, Matias Togni menyebut, sebanyak 69 persen pelaku pasar memperkirakan peluang The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada pekan ini. Pemangkasan sebesar itu dapat melemahkan mata uang AS dan meningkatkan permintaan minyak dan komoditas berdenominasi dolar lainnya.

"Ada juga tanda-tanda peningkatan permintaan di China, di mana ekonomi yang bergejolak sangat menekan permintaan dari importir minyak utama sepanjang tahun ini," ucap Togni.

Topik Menarik