Surat Terbuka Orang Tua Korban Kekerasan di SMA Kebangsaan, Pertanyakan Ketegasan Sekolah

Surat Terbuka Orang Tua Korban Kekerasan di SMA Kebangsaan, Pertanyakan Ketegasan Sekolah

Terkini | inews | Selasa, 17 September 2024 - 17:40
share

LAMPUNG SELATAN, iNews.id - Rizky Dwi Apriani, orang tua dari M. Diopoundra Guntama, mantan siswa kelas X SMA Kebangsaan, Lampung Selatan mengungkapkan kekecewaannya terhadap penanganan kasus kekerasan yang menimpa anaknya di sekolah tersebut. Dalam surat terbuka, Rizky mengungkapkan, anaknya menjadi korban tindak kekerasan yang keji dan tidak manusiawi oleh kakak kelas pada 4 Juni 2024.

Dia menyampaikan, saat menghadiri pertemuan dengan pihak sekolah pada 22 Juli 2024, Plt. Kepala Sekolah SMA Kebangsaan, Wempy Prastomo Bakti mengatakan, pelaku bernama Rayya Rabani akan diberikan sanksi berupa Surat Peringatan (SP) 3 dan skorsing selama 1 bulan. 

Sanksi tersebut, kata dia dianggap terlalu ringan dan tidak sesuai dengan Peraturan Umum Dinas Dalam (PUDD) yang berlaku di sekolah.

“Kami merasa sanksi yang diberikan tidak sebanding dengan perbuatan keji yang dilakukan oleh pelaku. Selain itu, hingga saat ini sanksi tersebut belum juga dilaksanakan oleh pihak sekolah,” ujar Rizky dalam suratnya dikutip Selasa (17/9/2024).

Kekecewaannya semakin bertambah ketika mengetahui bahwa ibu dari pelaku masih aktif sebagai anggota Komite SMA Kebangsaan. Hal ini, dinilai sangat menyakitkan bagi keluarga korban yang telah memilih untuk mengeluarkan anaknya dari sekolah demi keselamatannya.

“Kami berharap SMA Kebangsaan dapat memberikan perhatian yang lebih serius terhadap kasus ini dan mengambil tindakan yang tegas. Kami juga berharap kasus seperti ini tidak terulang kembali di sekolah manapun,” ucapnya.

Sebelumnya perundungan berkedok senioritas diduga terjadi di lingkungan SMA Kebangsaan Lampung Selatan. Salah satu siswanya dikabarkan menjadi korban bullying berujung pemukulan oleh kakak kelas.

Informasi diperoleh iNews, korban siswa berinisial BAW dipukuli lima senior. Penganiayaan ini dilakukan di malam hari dengan menculik adik kelas dari asrama kemudian dibawa ke toilet dengan lampu yang dimatikan dan dipukuli beramai-ramai, Senin (9/9/2024).

Kepala SMA Kebangsaaan Wempy Prastomo Bhakti tak menampik adanya kejadian tersebut. Namun, dia meluruskan peristiwa ini terjadi di kantin dengan melibatkan empat siswa senior.

"Peristiwa yang terjadi sebenarnya kesalahpahaman, niat awalnya menegur," kata Wempy saat dikonfirmasi Sabtu (14/9/2024).

Menurutnya pihak sekolah sudah menangani kasus dengan memanggil para orang tua siswa untuk penanganan awal dan mediasi. Selain itu juga membantu memeriksa luka yang dialami korban.

"Korban tidak luka berat hanya lebam dan kami membuka ruang mediasi," katanya.

Topik Menarik