Cerita AHY Ikut SBY Tugas di Daerah Konflik Timor-Timur sebelum Jadi Timor Leste

Cerita AHY Ikut SBY Tugas di Daerah Konflik Timor-Timur sebelum Jadi Timor Leste

Terkini | inews | Minggu, 15 September 2024 - 08:50
share

JAKARTA, iNews.id - Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menceritakan pengalamana tinggal di Timo-Timur. Saat itu dia ikut ayahnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berdinas di Batalyon Infanteri Raider Khusus 744/SYB Timor-Timur. 

Dia sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar (SD) dalam kurun waktu 1986-1988 atau 2,5 tahun di Dili, Timor-Timur yang sekarang menjadi milik negara Timor Leste. 

AHY mengaku sering digendong para prajurit Batalyon 744/SYB sebelum akhirnya ditakdirkan menjadi prajurit TNI dengan nilai nasionalisme dan patriotisme yang tidak akan bergeser.

"Jadi itu mungkin itu ceritanya, saya pernah hidup dan tahu persis, waktu itu saya masih kecil Bapak, Ibu, masih SD, tapi masih ingat memorinya. Kelas 3, kelas 4 SD ketika itu. Benar, saya sering digendong-gendong mungkin atau diantar sama prajurit-prajurit 744," kata AHY di Desa Oebola Dalam, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (14/9/2024).

AHY mengatakan ketika mendapatkan amanah di Kementerian ATR/BPN ini, salah satu prioritas yang langsung ditangani yakni menuntaskan status hak atas tanah di NTT.

"Bagaimana kita bisa segera menuntaskan status sekaligus juga hak atas tanah bagi masyarakat atau warga eks pejuang Timor-Timur betul-betul di negara ini. Dan Alhamdulillah, betul, sebetulnya saya merencanakan sejak beberapa saat yang lalu," ucapnya.

Ketum Partai Demokrat itu menyebut sekeluarga saat itu tinggal di sebuah rumah dinas di kawasan Dili, Timor-Timur. Ia enggan terjebak masa lalu memilih warga negara bukan suatu yang enteng.

"Saya sekeluarga tinggal di Dili. Saya masih ingat rumah dinasnya itu di Jalan Ameriko Thomas. Batalyonnya Taibesi, bandaranya Komoro. Tetapi kita tidak boleh terjebak di masa lalu. Kita lihat hari ini dan ke depan, tapi tidak boleh melupakan masa lalu," ujarnya.

Dia mengingatkan banyak prajurit yang harus dihormati jasanya selama masa konflik bersenjata.

"Banyak prajurit-prajurit kita dulu gugur di medan pertempuran. Ketika sejarah menakdirkan, harus memilih, harus memilih sesuatu yang sangat mendasar dalam kehidupan. Memilih kewarganegaraan. Bukan sesuatu yang enteng-enteng begitu saja," katanya.

Topik Menarik