Ribuan Orang Turun ke Jalan-Jalan di Seluruh Prancis, Tolak Perdana Menteri Baru

Ribuan Orang Turun ke Jalan-Jalan di Seluruh Prancis, Tolak Perdana Menteri Baru

Berita Utama | inews | Sabtu, 7 September 2024 - 00:30
share

PARIS, iNews.id - Ribuan orang turun ke jalan-jalan di seluruh Prancis pada Sabtu (7/9/2024). Mereka memprotes pengangkatan politikus sayap kanan Michel Barnier sebagai perdana menteri baru negara itu.

Partai-partai sayap kiri Prancis dari aliansi Front Populer Baru (NFP), yang memperoleh kursi parlemen terbanyak dalam pemilu cepat pada Juli lalu, menyerukan kepada warga untuk mengadakan protes di seluruh negeri. Seruan itu menyusul keputusan Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak untuk menunjuk calon NFP, Lucie Castets, sebagai kepala pemerintahan. Partai sayap kiri terbesar di blok itu, France Unbowed, sebelumnya mengumumkan bahwa sedikitnya 138 demonstrasi akan diadakan di berbagai kota di Prancis.

Sekitar 2.000 pengunjuk rasa berkumpul di Kota La Rochelle di Prancis Barat. Sementara sekitar 300 orang melakukan aksi mogok kerja di kota tetangga Saintes. Radio France Bleu melaporkan, demonstrasi lainnya juga berlangsung di Kota Angouleme pada Sabtu siang waktu setempat.

Sekitar 600 orang bergabung dalam protes di wilayah barat Dordogne. Sementara antara 300 dan 400 orang berunjuk rasa di luar gedung prefektur di Kota Pau di barat daya Prancis. Tak hanya itu, kata France Bleu, sekitar 600 orang juga berkumpul di dekat gedung prefektur di Kota Le Mans di barat laut negeri Napoleon itu.

"Saya terkejut dengan penolakan terhadap demokrasi, penolakan terhadap suara pemilih. Kaum kiri memimpin (hasil pemilu) tapi malah orang yang paling berhaluan kanan dari semua orang yang mungkin ditunjuk sebagai perdana menteri," ujar salah seorang pengunjuk rasa di Le Mans kepada stasiun radio tersebut.

Aksi protes massal juga melanda Pulau Corsica. Di sana, sekitar 100 orang berkumpul di kota terbesarnya, Ajaccio, untuk berunjuk rasa menentang Macron.

Pada Kamis (5/9/2024) lalu, Barnier (73) ditunjuk oleh Macron untuk menjadi perdana menteri, jabatan tertinggi di kabinet Prancis. Keputusan itu diumumkan Macron 60 hari setelah pemilihan parlemen cepat dadakan di negara itu.

Barnier adalah politikus Prancis tertua yang menduduki jabatan tersebut. Dia menggantikan Gabriel Attal yang berusia 35 tahun dan tercacat sebagai orang termuda yang ditunjuk untuk jabatan itu.

Hasil pemilu terakhir di Prancis membuat negara itu menghadapi kebuntuan politik di parlemen. Sebab, tidak ada partai yang memegang mayoritas. NFP, sebuah aliansi kiri yang mencakup France Unbowed, Partai Sosialis, Partai Hijau, dan Partai Komunis, menang dalam putaran kedua pemilu, merebut 182 kursi di Majelis Nasional (DPR) Prancis.

Koalisi Macron berada di posisi kedua dengan perolehan 168 kursi. Sementara partai sayap kanan National Rally mendapatkan 143 kursi.

Topik Menarik