BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Indonesia Belakangan Bikin Gerah, Bukan karena Heatwave

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Indonesia Belakangan Bikin Gerah, Bukan karena Heatwave

Terkini | inews | Jum'at, 10 Mei 2024 - 21:45
share

JAKARTA, iNews.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebab cuaca panas yang menimbulkan hawa gerah di Indonesia akhir-akhir ini. Ternyata, bukan karena gelombang panas atau heatwave.

BMKG menjelaskan, kondisi ini umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau. Pemicunya, kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembapan yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.

Fenomena suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia saat ini bukanlah gelombang panas. Panas dan gerah yang sekarang terjadi dipicu oleh faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan, tulis BMKG dalam media sosial resminya, Jumat (10/5/2024).

Menurut BMKG, wilayah Indonesia, terletak di sekitar ekuator dengan kondisi geografi kepulauan dan dikelilingi perairan yang sangat luas. Karakteristik dinamika atmosfernya berbeda dengan daerah yang berada di wilayah lintang tengah dan lintang tinggi.

Wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang sangat cepat. Perbedaan ini menjadikan wilayah Indonesia tidak mengenal fenomena gelombang panas.

BMKG menjelaskan gelombang panas adalah fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan dengan kriteria terjadi selama lima hari atau lebih secara berturut-turut dengan suhu maksimum harian di wilayah tersebut lebih tinggi 5 derajat celsius atau lebih dari suhu maksimum rata-rata.

Fenomena gelombang panas ini umumnya terjadi di wilayah dengan lintang menengah hingga lintang tinggi seperti di negara-negara Asia bagian utara, Australia, Afrika bagian Selatan, Eropa dan Amerika, jelas BMKG.

Gelombang panas, kata BMKG, dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah yang sangat luas. Anomali dinamika atmosfer ini pada umumnya disebabkan adanya sistem tekanan tinggi dalam skala yang sangat luas dan pada rentang waktu yang cukup lama.

Kondisi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalir masuk ke area tersebut sehingga semakin lama sistem tekanan tinggi ini bertahan di suatu area, maka semakin meningkat panas dan semakin sulit awan tumbuh di area tersebut, tutur dia.

Topik Menarik