Menlu Israel Sebut Operasi Darat di Rafah Bisa Dihentikan asal Tawanan Dibebaskan

Menlu Israel Sebut Operasi Darat di Rafah Bisa Dihentikan asal Tawanan Dibebaskan

Berita Utama | inews | Minggu, 28 April 2024 - 14:10
share

TEL AVIV, iNews.id Israel bisa menghentikan rencana serangan daratnya ke Kota Rafah di Jalur Gaza Selatan, jika ada kesepakatan untuk menjamin pembebasan para tawanan Israel yang ditahan oleh Hamas. Hal itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, akhir pekan ini.

Komentar diplomat Yahudi itu muncul ketika para mediator internasional terus mendorong kesepakatan untuk mencapai gencatan senjata antara Hamas dan Tel Aviv. Enam bulan sudah pertempuran dahsyat mencabik-cabik Gaza, namun Israel belum juga berhasil membebaskan para tawanan yang tersisa yang disandera Hamas sejak 7 Oktober.

Pembebasan para sandera adalah prioritas utama kami, kata Katz saat wawancara dengan televisi lokal Channel 12 , Sabtu (27/4/2024).

Ketika ditanya apakah hal tersebut juga termasuk menghentikan rencana operasi darat untuk melenyapkan para pejuang Hamas di Kota Rafah, Katz membenarkannya. Ya. Jika ada kesepakatan, kami akan menghentikan operasi tersebut, ucapnya.

Meskipun Katz adalah anggota kabinet keamanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dia bukanlah anggota kabinet perang Israel yang hanya berupa forum kecil dan bertugas mengawasi serangan-serangan zionis di Gaza.

Israel menyebut Rafah sebagai rumah bagi empat batalion tempur Hamas yang diperkuat oleh ribuan pejuang yang bersembunyi di sana. Bagi Tel Aviv, pasukan zionis harus mengalahkan para pejuang Hamas itu untuk meraih kemenangan dalam perang yang sudah menewaskan lebih dari 34.000 warga sipil di Gaza.

Namun Rafah, yang daerahnya berbatasan dengan perbatasan Mesir itu, juga menampung lebih dari 1 juta warga Palestina yang melarikan diri dari serangan Israel di seluruh Jalur Gaza. Kemungkinan para pengungsi itu untuk melarikan diri lagi sangatlah menakutkan.

Sebelumnya pada Sabtu, Hamas menyatakan telah menerima tanggapan resmi Israel terhadap proposal gencatan senjata terbarunya dalam perundingan yang dimediasi Mesir dan Qatar. Saat ini, gerakan pejuang Palestina itu masih mempelajari tanggapan tersebut sebelum mengajukan jawabannya.

Pada Kamis (25/4/2024), Amerika Serikat dan 17 negara lainnya mendesak Hamas untuk membebaskan semua tawanan sebagai jalan untuk mengakhiri krisis Gaza.

Hamas ingin agar kesepakatan yang dihasilkan betul-betul bisa mengakhiri pertempuran secara permanen. Jika tidak, kelompok pejuang itu bersumpah untuk menghancurkan Israel. Sementara Israel juga berencana untuk melanjutkan perang sampai kapasitas pemerintahan dan militer Hamas dibubarkan.

Saat ini, lebih dari 130 sandera masih ditahan di Gaza, termasuk perempuan dan anak-anak.

Topik Menarik