Iran Tidak Peduli dan Tak Takut dengan Ancaman Trump
Iran tidak akan tunduk pada tekanan Amerika Serikat (AS) untuk melanjutkan perundingan mengenai program nuklirnya, menurut Alireza Tangsiri, komandan tinggi angkatan laut.
Dia menekankan Teheran siap membalas jika terjadi serangan Amerika.
Dalam wawancara dengan saluran TV al-Mayadeen pada hari Sabtu (29/3/2025), Alireza Tangsiri, komandan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, menolak ultimatum terbaru Presiden AS Donald Trump yang mendesak Teheran memasuki perundingan nuklir baru.
"Saya tidak mengetahui pesan Trump, saya juga tidak ingin menganalisisnya," ujar Tangsiri.
Dia menegaskan, "Saya mendengar ancamannya, saya mengamati tindakannya, dan saya mempersiapkan diri untuk melawannya. Kami memiliki kemampuan menyerang semua pangkalan musuh, di mana pun mereka berada... Tidak seorang pun dapat menyerang kami dan melarikan diri. Bahkan jika kami harus mengejar mereka ke Teluk Meksiko, kami akan melakukannya."
Tangsiri juga menolak negosiasi apa pun mengenai persenjataan rudal Teheran atau dukungannya terhadap kelompok-kelompok di kawasan tersebut.
"Iran tidak akan pernah bernegosiasi mengenai rudalnya atau kemampuan Front Perlawanan," tegas dia.
Dia juga menekankan Republik Islam menginginkan hubungan damai dengan negara-negara tetangganya.
"Kami selalu mengulurkan tangan persahabatan kepada negara-negara di kawasan ini. Sebagai Muslim, kami tidak menimbulkan ancaman apa pun bagi negara-negara tetangga kami," ungkap dia.
Pernyataan tersebut muncul sebagai tanggapan atas komentar Trump pada hari Jumat, di mana dia mengonfirmasi pengiriman surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang berupaya menegosiasikan kesepakatan nuklir.
"Anda harus membuat keputusan dengan cara apa pun," ujar Trump. "Kita harus berbicara dan membicarakannya, atau hal-hal yang sangat buruk akan terjadi pada Iran. Dan saya tidak ingin itu terjadi."
Trump menambahkan jika AS harus "masuk secara militer, itu akan menjadi hal yang mengerikan."
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan meskipun surat itu tampak mengancam, surat itu masih berisi "beberapa peluang" bagi Teheran.
Kebuntuan ini terjadi setelah bertahun-tahun ketegangan atas program nuklir Teheran.
Pada tahun 2015, Iran menandatangani kesepakatan dengan AS, Uni Eropa, Rusia, dan negara-negara besar dunia lainnya yang mana Iran setuju membatasi aktivitas nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi.
Namun, pada tahun 2018, Trump secara sepihak menarik Amerika dari perjanjian penting tersebut, menyebutnya sebagai "kesepakatan sepihak yang mengerikan" yang gagal mencapai tujuannya.
Iran tidak mengesampingkan pembicaraan tidak langsung mengenai masalah tersebut tetapi menolak melakukannya di bawah tekanan. Iran juga menyatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.