Putri Mantan PM Thaksin Selamat dari Mosi Tidak Percaya di Parlemen
Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra selamat dari mosi tidak percaya di parlemen, mengalahkan tantangan dari partai oposisi yang menuduhnya sebagai boneka ayahnya, mantan perdana menteri miliarder Thaksin Shinawatra.
Setelah debat dua hari di mana oposisi menyerang manajemen ekonomi dan keamanan nasional Paetongtarn yang berusia 38 tahun, serta kurangnya pengalamannya, anggota parlemen menolak mosi tidak percaya dengan 319 suara berbanding 162 pada hari Rabu, dengan tujuh abstain.
Paetongtarn berterima kasih kepada para pendukungnya setelah memenangkan pemungutan suara.
“Semua suara, baik yang mendukung maupun yang menentang, akan menjadi kekuatan yang mendorong saya dan kabinet untuk terus bekerja keras demi rakyat,” tulisnya di Facebook, dilansir Al Jazeera.
Mosi tersebut muncul di saat yang tidak tepat bagi Paetongtarn. Kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintahan koalisinya untuk menyelesaikan masalah nasional rendah, hanya 38,55 persen.
Ayahnya, Thaksin, adalah politikus paling berpengaruh dan kontroversial dalam sejarah Thailand modern. Ia kembali ke kerajaan pada tahun 2023 setelah 15 tahun mengasingkan diri.
Thaksin menjalani beberapa bulan dari hukuman penjara delapan tahun atas tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan di rumah sakit polisi sebelum diampuni oleh raja, yang memicu rumor tentang kesepakatan diam-diam untuk memperlakukannya dengan lunak.
Pria berusia 75 tahun itu tetap populer di antara jutaan orang Thailand miskin yang makmur di bawah pemerintahannya tahun 2001 hingga 2006, tetapi ia dibenci oleh elit konservatif kerajaan, yang menganggapnya korup dan manipulatif.
Paetongtarn menjadi perdana menteri tahun lalu sebagai kepala pemerintahan koalisi yang dipimpin oleh Partai Pheu Thai, perwujudan terbaru dari gerakan politik yang didirikan oleh Thaksin, setelah petahana Srettha Thavisin disingkirkan oleh perintah pengadilan.
Selain menjadi orang termuda yang memimpin, Paetongtarn adalah perdana menteri wanita kedua di Thailand setelah bibinya, yang disingkirkan dalam kudeta pada tahun 2014.
Selama debat kecaman, Rangsiman Rome, seorang anggota parlemen yang vokal dari Partai Rakyat yang beroposisi utama, menuduh Paetongtarn merekayasa perlakuan istimewa untuk ayahnya.
“Anda membuat kesepakatan, kesepakatan setan, untuk memberi ayah Anda kondisi yang lebih baik daripada tahanan lain,” katanya di parlemen.
“Syaratnya adalah ayah Anda tidak akan dipenjara selama satu hari pun.”
Paetongtarn membantah tuduhan tersebut, dengan menunjukkan bahwa ia menjadi perdana menteri beberapa bulan setelah ayahnya mendapat pengampunan kerajaan.
Sejak itu Thaksin berbicara terbuka tentang kebijakan pemerintah tetapi berulang kali mengatakan bahwa ia hanya menawarkan nasihat kepada putrinya.
Anggota parlemen oposisi juga menuduh Paetongtarn menghindari pajak dan salah menangani kasus 40 warga Uighur yang dipulangkan ke Tiongkok akhir bulan lalu.
Pemulangan warga Uighur memicu kecaman internasional dan menyebabkan Amerika Serikat memberlakukan larangan visa terhadap sejumlah pejabat Thailand.