Netanyahu dan Bos Shin Bet Berseteru Hebat, Israel Terancam Perang Saudara
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu terlibat perseteruan hebat dengan direktur Shin Bet (dinas keamanan intenal Zionis) Ronen Bar selama beberapa minggu. Paratokoh Zionis khawatir peseteruan ini bisa memicu perang saudara di negara Yahudi tersebut.
Netanyahu mengatakan dia akan melakukan pemungutan suara minggu ini untuk merekomendasikan pemerintah agar memecat Bar.
Netanyahu terang-terangan menyatakan sudah memiliki rasa tidak percaya yang berkelanjutan dengan bos Shin Bet tersebut.
Keduanya sudah terlibat pertikaian sengit terkait siapa yang bertanggung jawab atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Sedangkan Bar menyatakan bahwa ada motif politik di balik keputusan PM Netanyahu untuk meminta pemerintah memecatnya.
Belum Pernah Terjadi Sebelumnya
Jaksa Agung Gali Baharav Miara—penasihat hukum utama eksekutif yang sering mengambil posisi yang berbenturan dengan posisi pemerintah Netanyahu—mengatakan bahwa langkah untuk memecat Bar adalah "belum pernah terjadi sebelumnya" dan legalitasnya perlu dinilai.Bar mengatakan bahwa masalah ini berasal dari penolakannya untuk memenuhi tuntutan Netanyahu akan "kesetiaan pribadi".
Laporan media-media Israel, yang dikutip The New Arab, Selasa (18/3/2025), mengatakan Shin Bet juga sedang menyelidiki beberapa ajudan Netanyahu karena diduga menerima pembayaran dari Qatar, yang menampung para pemimpin Hamas, bahkan saat perang Gaza berkecamuk.
Beberapa partai oposisi telah mengumumkan bahwa mereka akan mengajukan petisi bersama ke Pengadilan Tinggi terhadap pemecatan Bar, dan Jaksa Agung mengatakan dalam sebuah surat kepada Netanyahu bahwa dia tidak dapat memulai proses tersebut "sampai dasar fakta dan hukum dari keputusan Anda sepenuhnya diklarifikasi.”
Miara sendiri terancam mosi tidak percaya yang diajukan oleh Menteri Kehakiman Yariv Levin, yang telah mempelopori upaya untuk mereformasi peradilan dan mengekang kekuasaan pengadilan—sebuah rencana yang memicu protes besar sebelum terhenti tiba-tiba dengan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Levin menuduh Baharav Miara, seorang pembela keras independensi peradilan, atas "perilaku yang tidak pantas" dan mengutip "perselisihan yang signifikan dan berkepanjangan antara pemerintah dan Jaksa Agung".
Proses hukum terhadap kedua tokoh tersebut tampaknya akan berlangsung lama, berisiko terulangnya gerakan protes 2023 yang merupakan salah satu gerakan paling signifikan dalam sejarah Israel dan telah memecah belah negara itu.
Pukulan bagi Keamanan Nasional
Kaplan Force, organisasi payung liberal yang memimpin perlawanan terhadap reformasi peradilan, pada hari Senin, mengumumkan unjuk rasa di Yerusalem dan Tel Aviv minggu ini untuk memprotes pemecatan kepala Shin Bet.Langkah untuk memecat Bar, yang telah terlibat dalam negosiasi mengenai gencatan senjata yang rapuh di Gaza, terjadi pada saat yang krusial bagi perundingan tersebut.
Gencatan senjata sebagian besar telah berlangsung sejak 19 Januari meskipun ada jalan buntu dalam upaya untuk memperpanjangnya.
Sejak perang Gaza dimulai, Netanyahu telah memecat menteri pertahanannya, Yoav Gallant, sementara beberapa pejabat militer senior telah mengundurkan diri termasuk Panglima Militer Letnan Jenderal Herzi Halevi.
Benny Gantz, tokoh oposisi yang pernah menjabat sebagai menteri pertahanan di bawah Netanyahu, mengatakan di X: "Pemecatan kepala Shin Bet merupakan pukulan langsung terhadap keamanan nasional dan pembubaran persatuan dalam masyarakat Israel, yang didorong oleh pertimbangan politik dan pribadi."
Mantan presiden Mahkamah Agung Dorit Beinisch mengatakan kepada radio Kan bahwa Netanyahu memimpin "proses yang berbahaya bagi masyarakat".
"Kita perlu bangun, dan bangun tepat waktu," katanya.
Israel Terancam Perang Saudara
Bagi sekutu Netanyahu, tindakan terhadap Bar termasuk dalam hak normal kepala pemerintahan."Di negara normal mana alasan khusus diperlukan untuk memecat kepala organisasi intelijen yang secara pribadi bertanggung jawab atas kegagalan intelijen besar-besaran yang menyebabkan bencana terbesar dalam sejarah Israel?" tulis Menteri Keuangan Bezalel Smotrich di Telegram.
Nahum Barnea, kolumnis harian Yedioth Ahronoth, memperingatkan bahaya yang berasal dari bentrokan antara Netanyahu dan Bar.
"Seorang perdana menteri yang kehilangan kendali akan memerintah sesuai keinginannya, dan pemerintahannya yang gagal akan mengikuti jejaknya," tulisnya.
"Hal ini secara bertahap membawa kita semakin dekat ke bentuk perang saudara, di mana tidak ada rasa saling percaya dan penolakan untuk patuh dalam organisasi keamanan,” paparnya.
Bagi Amir Tibon, yang menulis untuk harian sayap kiri Haaretz:"Demokrasi Israel sekarang dalam bahaya besar.”
"Terserah kepada orang Israel untuk memutuskan apakah mereka akan menerima perebutan kekuasaan yang bermusuhan oleh Netanyahu—dan seberapa jauh mereka akan menghentikannya,” paparnya.