Houthi Yaman Siap Konfrontasi Langsung Lawan AS dan Israel
Rakyat Yaman "bersemangat" melawan Amerika Serikat (AS) dan Israel di medan perang, dan bersiap untuk konfrontasi langsung dengan musuh.
Pernyataan itu diungkap Zaid al-Gharsi, direktur Departemen Urusan Media dan Budaya Pemerintah Keselamatan Nasional yang dipimpin Houthi.
"Orang-orang Yaman bersemangat untuk terlibat dalam konflik dengan musuh-musuh bangsa, dan telah meneriakkan slogan 'matilah Israel' selama 20 tahun terakhir, selain menghadapi peralatan (militer) yang akan dikerahkan oleh AS dan rezim untuk melawannya," ungkap al-Gharsi pada Jumat (3/1/2025).
“Orang-orang Yaman telah memasuki konfrontasi langsung melawan musuh-musuhnya hari ini, dan kami memberi tahu mereka ini: bahwa mereka dipersilakan masuk ke (neraka besar) mereka," ungkap pejabat itu.
"Kami dalam keadaan siap, dan telah mempersiapkan diri untuk semua kemungkinan skenario," tegas al-Gharsi.
Dia menekankan, “Jika musuh mengira hal itu akan menghentikan Yaman (dari mendukung Palestina melawan Israel), kami katakan kepada mereka bahwa mereka menderita ilusi.”
Bayi Disiram Air Panas, Disdik Depok Pastikan Daycare Kiddyspace Indonesia Tak Miliki Izin
“Orang Yaman akan mengubah musuh mereka menjadi abu bahkan jika dipaksa untuk melawan mereka dengan tangan kosong,” papar juru bicara tersebut.
“Lebih jauh, upaya untuk menekan Houthi agar tunduk dengan mensponsori tentara bayaran untuk melawan mereka dan menargetkan infrastruktur sipil Yaman akan gagal, sama seperti yang telah mereka gagalkan selama sembilan tahun terakhir,” ujar al-Gharsi meyakinkan.
Pernyataan Al-Gharsi muncul di tengah peningkatan dramatis dalam jumlah serangan rudal Houthi yang menargetkan Israel dalam beberapa pekan terakhir, dengan peluncuran yang menimbulkan kekacauan di sebagian besar wilayah Israel di tengah kegagalan sistem pertahanan rudal berlapis-lapis yang canggih untuk mencegatnya sebelum mencapai wilayah udara Israel.
Pengerahan sistem THAAD AS di Israel untuk melindungi sekutunya pada bulan Oktober tampaknya tidak banyak berdampak.
Sistem itu bertujuan membantu mencegat rudal Houthi pekan lalu, tetapi gagal menangani proyektil yang ditembakkan hampir setiap hari pada hari-hari sebelumnya atau sesudahnya.
Wakil ketua Otoritas Media Houthi Nasruddin Amer mengejek kekurangan sistem pertahanan rudal AS yang dilaporkan pada hari Jumat, dengan mencuit, "Sistem THAAD Amerika paling canggih yang baru-baru ini dikerahkan di Palestina yang diduduki, telah jatuh ke dalam kategori pertahanan rudal yang gagal terhadap kecepatan rudal hipersonik Yaman."
Jutaan orang Israel terbangun di tengah malam dan terpaksa berlari mencari perlindungan pada Jumat pagi setelah rudal Houthi terbaru menembus wilayah udara Israel sebelum dicegat, dengan puing-puing menghujani permukiman Israel di Tepi Barat.
Layanan darurat nasional Israel mengatakan 12 orang terluka dalam perjalanan ke tempat penampungan, dengan sembilan orang lainnya dirawat karena "kecemasan akut" setelah insiden tersebut.
Juru bicara militer Houthi Yahya Saree melaporkan kemudian pada hari itu bahwa rudal balistik hipersonik telah diluncurkan ke satu pembangkit listrik di Tel Aviv timur, mungkin sebagai tanggapan balasan atas serangan besar-besaran Israel terhadap infrastruktur Yaman pekan lalu.
“Dalam operasi terpisah, satu pesawat nirawak diluncurkan yang menargetkan lokasi militer,” ungkap Saree.
“Serangan Houthi akan terus berlanjut hingga agresi di Gaza berhenti dan pengepungan dicabut," papar juru bicara itu bersumpah.
“Houthi lebih maju secara teknologi daripada yang diperkirakan dan tidak boleh diremehkan," ungkap mantan anggota Dewan Keamanan Nasional Israel Yoel Guzansky kepada Washington Post pada hari Jumat dalam artikel yang menggarisbawahi teka-teki yang dihadapi Israel dan AS dalam menghadapi pejuang Yaman.
Mantan pejabat pertahanan dan intelijen Israel Eyal Pinko mengatakan kepada outlet tersebut bahwa tidak seperti Hamas dan Hizbullah, menargetkan Houthi dalam "manuver darat" tidaklah mungkin, sementara serangan udara mahal dan berpotensi terbatas dalam efektivitasnya.
“Yang menambah kesulitan adalah penetrasi intelijen Israel yang terbatas terhadap pejuang,” ungkap Pinko.
Selain risiko militer dan reputasi, operasi Houthi selama setahun terakhir telah berdampak buruk pada ekonomi Israel, dengan maskapai penerbangan asing membatalkan penerbangan masuk dan keluar dari negara yang bergantung pada pariwisata tersebut.
Tak hanya itu, pelabuhan Eilat bangkrut akibat blokade sebagian pejuang Houthi terhadap pengiriman barang terkait Israel melalui Laut Merah dan Laut Arab.