Kekuasaan Bashar al-Assad di Suriah Berakhir, Menlu AS: Momen Bersejarah Tapi Juga Punya Risiko Besar
PRESIDEN SURIAH, Bashar al-Assad pergi meninggalkan negaranya menyusul serangan cepat dari para pemberontak. Hal tersebut diketahui usai sebuah pesawat Syrian Air lepas landas dari bandara Damaskus saat ibu kota dilaporkan telah direbut oleh pemberontak.
Ribuan orang dengan mobil dan berjalan kaki berkumpul di alun-alun utama di Damaskus sambil melambaikan tangan dan meneriakkan "Kebebasan" dari setengah abad kekuasaan keluarga Assad.
Keruntuhan dramatis itu menandai momen seismik bagi Timur Tengah, mengakhiri kekuasaan tangan besi keluarga itu atas Suriah dan memberikan pukulan telak bagi Rusia dan Iran, yang telah kehilangan sekutu utama di jantung kawasan itu.
"Mustahil untuk tak tergerak oleh adegan perayaan dan kelegaan yang datang dari Suriah, adalah kekalahan bagi mereka yang membiarkan kebiadaban dan korupsi tak terkecuali Iran, Hizbullah dan Rusia," kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken seperti dilansir dari VOA, Rabu (11/12/2024).
Momen tersebut, kata dia, merupakan sejarah tapi juga mempunyai risiko yang sangat besar.
Israel Lancarkan 250 Serangan Udara ke Suriah, Klaim Hancurkan 80 Persen Kemampuan Militer
"Momen ini hadirkan peluang bersejarah, tapi juga punya risiko besar," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala kelompok oposisi utama Suriah di luar negeri, Hadi al-Bahra Syria, menyatakan Damaskus sekarang "tanpa Bashar al-Assad".
Saat warga Suriah mengungkapkan kegembiraan, Perdana Menteri Mohammad Ghazi al-Jalali mengatakan dia siap mendukung keberlanjutan pemerintahan dan siap bekerja sama dengan pemimpin mana pun yang dipilih oleh rakyat Suriah.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan timnya memantau "peristiwa luar biasa di Suriah" dan berhubungan dengan mitra regional, kata Gedung Putih.
Garis depan perang saudara Suriah yang kompleks tidak aktif selama bertahun-tahun. Kemudian kaum Islamis yang pernah berafiliasi dengan Al Qaeda tiba-tiba beraksi, menimbulkan tantangan terbesar bagi Assad, yang telah bertahan hidup selama bertahun-tahun dalam perang yang melelahkan dan isolasi internasional dengan bantuan Rusia, Iran, dan Hizbullah Lebanon.
Namun sekutu Assad difokuskan dan dilemahkan oleh krisis lain, membuat Assad bergantung pada belas kasihan lawan-lawannya dengan pasukan yang tidak siap untuk membelanya. Pemimpin pemberontak Suriah Ahmed al-Sharaa mengatakan pada hari Minggu bahwa dilarang mendekati lembaga publik yang katanya akan tetap berada di bawah pengawasan "mantan perdana menteri" sampai mereka secara resmi diserahkan.
Israel kemungkinan akan merayakan jatuhnya Assad, salah satu sekutu regional utama Iran. Namun prospek kelompok Islamis yang memerintah Suriah kemungkinan akan menimbulkan kekhawatiran.