Pasukan Israel Langsung Invasi Suriah Pasca Runtuhnya Pemerintahan Bashar Al Assad
DAMASKUS – Israel melancarkan invasi ke Suriah beberapa hari setelah penggulingan pemerintahan Presiden Bashar Al Assad oleh pasukan oposisi. Aksi rezim zionis ini segera mengundang kecaman dari negara-negara tetangga di Timur Tengah.
Israel memindahkan pasukan ke zona penyangga demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan yang diduduki pada Minggu, (8/12/2024) setelah pasukan oposisi merebut Damaskus dan Assad melarikan diri ke Rusia.
Dalam sebuah pernyataan video dari wilayah tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa perjanjian Israel tahun 1974 dengan Suriah untuk membangun jalur demiliterisasi telah secara efektif "runtuh" begitu pasukan Suriah "meninggalkan posisi mereka."
Pasukan dan tank Israel bergerak melewati zona penyangga pada Senin, (9/12/2024) memasuki wilayah Suriah dalam sebuah operasi militer. Menteri Pertahanan Israel Israel Katz mengatakan operasi tersebut dimaksudkan untuk menciptakan "wilayah keamanan" baru yang akan bebas dari "senjata strategis berat dan infrastruktur teroris."
Negara-negara tetangga Mesir, Yordania, dan Qatar, mengecam invasi Israel tersebut, menuduh rezim zionis itu mengeksploitasi penggulingan Assad untuk merebut tanah, yang melanggar hukum internasional.
Kementerian Luar Negeri Qatar menyebutnya sebagai “perkembangan yang berbahaya dan serangan terang-terangan terhadap kedaulatan dan persatuan Suriah, serta pelanggaran hukum internasional yang mencolok”. Sementara Mesir menyatakan bahwa Israel telah “memanfaatkan… kekosongan di Suriah untuk menduduki lebih banyak wilayah Suriah dan memaksakan realitas baru di lapangan yang melanggar hukum internasional.”
Kecaman serupa juga disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi, demikian dilanisr RT.
Israel merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah selama Perang Enam Hari tahun 1967 dan secara sepihak mencaplok wilayah tersebut pada tahun 1981. Namun, berdasarkan Perjanjian Pemisahan Pasukan tahun 1974, Israel dan Suriah menerima pengerahan pasukan penjaga perdamaian PBB ke zona penyangga, yang hingga Minggu memisahkan pasukan Israel di Dataran Tinggi Golan yang diduduki dari pasukan Suriah.
Saat personel Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bergerak maju melewati zona penyangga untuk pertama kalinya dalam 50 tahun, pesawat tempur Israel menyerang target lebih jauh di dalam wilayah Suriah. Di antara lokasi yang diserang adalah Pangkalan Udara Mezzeh di Damaskus dan Pangkalan Udara Khalkhala, 50 km selatan ibu kota, serta kota-kota selatan Dara'a dan Suweidah.
Katz mengatakan pada Senin bahwa ia telah memerintahkan IDF untuk melakukan serangan "di seluruh wilayah Suriah" untuk menghancurkan senjata dan infrastruktur Tentara Suriah. Menteri Luar Negeri Gideon Saar mengatakan bahwa serangan ini menargetkan “sistem senjata strategis, seperti senjata kimia yang masih ada, atau rudal dan roket jarak jauh, agar tidak jatuh ke tangan para ekstremis.”