Moskow Akui Tampung Assad: Tak Seperti AS, Rusia Tak Khianati Temannya

Moskow Akui Tampung Assad: Tak Seperti AS, Rusia Tak Khianati Temannya

Global | sindonews | Senin, 9 Desember 2024 - 11:15
share

Rusia akhirnya mengakui telah menampung presiden terguling Suriah Bashar al-Assad dan keluarganya. Pengakuan ini disampaikan diplomat senior Mikhail Ulyanov pada Senin (9/12/2024).

Itu sekaligus sebagai konfirmasi atas laporan media-media pemerintah Rusia yang sebelumnya menyatakan mantan presiden Suriah tersebut telah diberikan suaka.

Assad dan keluarganya melarikan diri ke Rusia setelah pemerintahnya di Damaskus jatuh ke tangan pemberontak atau oposisi pada hari Minggu.

Ulyanov, yang memimpin delegasi Moskow ke organisasi internasional yang berkantor pusat di Wina, mengatakan: "Kehadiran Assad di Moskow menunjukkan bahwa Rusia tidak mengkhianati teman-temannya dalam situasi sulit, tidak seperti Amerika Serikat (AS).”

Sebelumnya, kantor berita pemerintah Rusia; TASS dan RIA Novosti, mengutip sumber diplomatik yang mengatakan bahwa Assad dan anggota keluarganya telah mendarat di Moskow.

"Rusia memberia mereka suaka atas dasar kemanusiaan," kata sumber diplomatik tersebut.

Selama akhir pekan, pasukan rezim Suriah mundur saat para "jihadis" Hayat Tahrir-al-Sham (HTS) dan pasukan bersenjata Tentara Pembebasan Suriah (FSA) yang didukung AS bergerak maju ke Damaskus dan mengambil alih ibu kota Suriah.

Pasukan anti-Assad telah menyatakan pemimpin Suriah tersebut digulingkan dan mereka mengeklaim kendali atas pemerintahan negara Suriah.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Assad telah setuju untuk mengundurkan diri sebagai presiden setelah perundingan rahasia dengan kelompok bersenjata yang tidak disebutkan namanya.

"Dia telah meninggalkan negara itu, memerintahkan para pejabat untuk melakukan pengalihan kekuasaan secara damai," kata kementerian tersebut pada hari Minggu.

Pangkalan militer Rusia di Suriah dalam keadaan siaga tempur, tetapi tidak dianggap berisiko serius, imbuh kementerian itu.

Moskow mengirim pasukan ke Suriah pada tahun 2015, untuk membantu pemerintah di Damaskus mengalahkan ISIS dan kelompok militan lainnya. Militer Rusia saat ini mengoperasikan fasilitas Angkatan Laut di pelabuhan Tartus dan pangkalan udara di dekat kota Latakia. Pemerintah Rusia telah mendesak para militan untuk menahan diri dari kekerasan dan mendukung upaya yang didukung PBB untuk rekonsiliasi nasional.

Suriah terjerumus ke dalam kekerasan selama bertahun-tahun pada tahun 2011, setelah kelompok bersenjata yang didukung AS mencoba menggulingkan pemerintahan Assad.

Para jihadis akhirnya muncul sebagai pemain dominan di antara kelompok-kelompok anti-Assad, bahkan ketika Washington dan sekutunya mengeklaim bahwa "pemberontak moderat" pada akhirnya dapat menang.

Serangan kilat yang menyebabkan jatuhnya Damaskus diluncurkan akhir bulan lalu. Serangan ini mengikuti periode pertempuran yang relatif tidak intens, yang dimulai dengan gencatan senjata yang tidak mudah yang ditengahi oleh Moskow dan Ankara pada tahun 2020.

Topik Menarik