Mengurai Peta Konflik Suriah yang Rumit dan Sarat Kepentingan Asing
Konflik Suriah kembali mencuat dalam sepekan ini setelah sebelumnya mereda. Dalam konflik terbaru ini, pasukan pemberontak melakukan serangan besar yang merebut sebagian wilayah Aleppo.
Mengutip laporan AP , serangan pemberontak ini merupakan yang pertama di Aleppo sejak 2016.
Konflik Suriah setidaknya telah menewaskan ratusan ribu orang dan menyebabkan jutaan pengungsi keluar dari negara tersebut. Tak hanya itu, pertikaian yang sarat intervensi asing ini juga memiliki konsekuensi luas di wilayah sekitarnya.
Peta Konflik Suriah
Sudah menjadi rahasia umum bahwa konflik Suriah sebenarnya banyak melibatkan pihak asing. Bukan hanya soal kepentingan pemerintah atau kubu oposisi, ada peran dari negara-negara lain dalam pertikaian berkepanjangan tersebut.Pada puncak Arab Spring tahun 2011, demonstran pro-demokrasi turun ke jalan di Suriah guna menyerukan penggulingan Presiden Bashar al-Assad. Ditanggapi dengan kekerasan, gerakan itu berubah menjadi oposisi bersenjata yang terdiri dari milisi kecil dan beberapa pembelot dari militer Suriah.
Keberadaan pasukan oposisi itu mendapat dukungan kekuatan asing. Sebut saja dari Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab hingga Amerika Serikat.
Sementara di sisi lain, rezim Assad mendapat bantuan dari sekutu Suriah, yakni Iran dan Rusia. Di darat, mereka dibantu Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dan Hizbullah, sedangkan di udara didukung oleh pesawat tempur Rusia.
Belum selesai dengan kelompok tersebut, muncul kubu lain dari pihak militan ekstremis, termasuk al Qaeda. Pada akhirnya, hal tersebut juga mengundang kemunculan ISIS yang semakin memperumit keadaan.
Khawatir Suriah akan menjadi sarang teroris permanen, dibentuklah koalisi internasional pimpinan Amerka Serikat (AS) yang bertujuan melenyapkan kelompok tersebut tanpa menghadapi rezim Suriah.
Beberapa tahun berlalu, pada 2020 Rusia dan Turki menyepakati gencatan senjata serta sepakat untuk membangun koridor keamanan dengan patroli bersama.
Setelah itu, konflik sedikit mereda selama beberapa waktu. Hanya saja, muncul masalah lain saat Israel sering menyerang wilayah Suriah dengan dalih untuk menumpas anggota Hizbullah yang bersembunyi.
Konflik Suriah Pecah Lagi
Intervensi Rusia dan Iran selama ini telah memungkinkan Assad untuk tetap berkuasa di Suriah. Namun, kini keberadaanya kembali terancam usai kelompok HTS atau Hayat Tahrir Al Sham meluncurkan serangan mendadak ke Aleppo.Menurut laporan France24 , HTS adalah aliansi jihad yang dipimpin bekas cabang al-Qaeda di Suriah. Bersama faksi-faksi sekutunya, mereka menyerang daerah yang dikuasai pemerintah di provinsi utara Aleppo.
Menanggapi serangan itu, Rusia mengatakan pihaknya berharap Suriah bisa segera memulihkan ketertiban di Aleppo. Sementara Iran menyalahkan serangan itu pada rencana Amerika-Israel yang mengganggu stabilitas kawasan.
Pada sisi lain, Turki menuntut diakhirinya serangan terhadap daerah kantong pemberontak Idlib di Suriah. Mereka juga meminta pesawat tempur Suriah dan Rusia menghentikan serangan udara.
Serangan oposisi terjadi di tengah-tengah berhentinya upaya pemulihan hubungan antara Damaskus dan Ankara. Sebelumnya, Turki memang mendukung usaha penggulingan Assad setelah konflik Suriah pecah pada 2011, tetapi ketika pasukan pemerintah merebut kembali wilayah, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengubah arahnya.