Serangan Israel Hentikan Layanan 13 Rumah Sakit di Lebanon
Tiga belas rumah sakit di Lebanon kini tidak beroperasi karena serangan udara Israel, menurut laporan kantor Perdana Menteri sementara, Najib Mikati.
Dalam konferensi pers, Mikati menambahkan pemerintah Lebanon terus mendukung inisiatif Amerika Serikat (AS) dan Prancis untuk gencatan senjata selama 21 hari.
“Resolusi PBB 1701, dalam bentuknya saat ini, tetap menjadi landasan bagi stabilitas dan keamanan di Lebanon selatan,” jelas Mikati.
Resolusi tersebut menyerukan agar tentara Lebanon mengambil posisi di selatan Sungai Litani untuk memastikan tidak ada faksi perlawanan yang beroperasi di daerah tersebut dan untuk melindungi negara tersebut dari serangan Israel.
Perdana menteri juga mencatat tentara Lebanon telah memulai perekrutan tetapi membutuhkan dukungan keuangan dan pelatihan internasional.
Dia menegaskan Lebanon dapat mengerahkan 8.000 tentara tambahan di selatan sebagai bagian dari pengaturan gencatan senjata.
Sementara itu, serangan udara Israel semalam di perbatasan utama menuju Suriah telah menyebabkan titik penyeberangan utama Lebanon ke negara tetangganya tidak dapat berfungsi, menurut badan pengungsi PBB.
Badan tersebut mengatakan serangan Israel itu menghambat upaya untuk melarikan diri dari Lebanon, tempat seperlima penduduknya telah mengungsi di dalam negeri.
Rula Amin, juru bicara UNHCR yang berkantor di Amman, mengatakan dia tidak mengetahui adanya peringatan sebelum serangan itu, yang mendarat 500 meter dari perbatasan utama.
“Sekitar 430.000 orang telah menyeberang dari Lebanon ke Suriah sejak operasi Israel dimulai,” ungkap dia.
"Serangan di perbatasan menjadi perhatian utama. Serangan itu menghalangi jalan menuju keselamatan bagi orang-orang yang melarikan diri dari konflik," pungkas dia.
Baca juga: Hizbullah Bunuh 70 Tentara Israel, Hancurkan 28 Tank dan 4 Drone Hermes