Biodata Yahya Sinwar, Pemimpin Hamas yang Martir Bertempur Lawan Tank Israel
GAZA - Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, tewas dibunuh oleh pasukan Israel di selatan Gaza pada 16 Oktober 2024, dan telah dikonfirmasi oleh Israel. Yahya Sinwar yang dikenal sebaga tokoh tanpa kompromi terhadap pendudukan Israel, gugur setelah bertempur dengan tentara dan tank zionis.
Melansir BBC, Yahya Sinwar diserang tentara pasukan pertahanan Israel (IDF) di sebuah bangunan di Jalur Gaza selatan bersama dengan beberapa pejuang Hamas lainnya. Pasukan Israel menemukan dirinya dengan senjata, rompi, dan sejumlah uang. Kematian Sinwar dikonfirmasi IDF melalui sidik jari dan catatan gigi yang diperoleh selama sang martir mendekam di penjara Israel.
Konfirmasi mengenai kematiannya memerlukan waktu karena Israel membandingkan data gigi dan sidik jari untuk memastikan identitasnya.
Sejauh ini Hamas belum memberikan komentar terkait kematian Sinwar, dan belum ada pemimpin pengganti yang ditunjuk.
Menyadur Britannica, Yahya Ibrahim Hassan Sinwar adalah seorang tokoh pejuang dan politik Palestina yang lahir pada 29 Oktober 1962 di kamp pengungsi Khan Yunis, Gaza, yang saat itu dikuasai Mesir. Selama Perang Palestina tahun 1948, keluarganya terpaksa meninggalkan kota Majdal 'Asqalan yang sekarang dikenal sebagai Ashkelon.
Setelah lulus dari Sekolah Menengah Khan Yunis, Sinwar melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Gaza, di mana ia meraih gelar sarjana dalam studi bahasa Arab. Yahya Sinwar memiliki adik laki-laki yang bernama Mohammed Sinwar, dan merupakan seorang pemimpin militer di Hamas.
Pada 1989, Sinwar dihukum penjara seumur hidup oleh Israel karena merencanakan penculikan dan pembunuhan dua tentara Israel serta empat warga Palestina yang ia anggap sebagai kolaborator. Selama masa penahanannya, ia terus mengoordinasikan eksekusi warga Palestina yang dicurigai bekerja sama dengan Israel. Sinwar menjalani 22 tahun penjara sebelum dibebaskan dalam pertukaran tahanan pada 2011 untuk tentara Israel Gilad Shalit. Selama di penjara, ia juga menerima perawatan medis dari dokter Israel untuk tumor otak yang mengancam jiwanya.
Sinwar menikahi Samar Muhammad Abu Zamar pada 21 November 2011, yang usianya 18 tahun lebih muda darinya. Pasangan itu dikaruniai tiga anak.
Selain berbicara dalam bahasa Arab sebagai bahasa ibu, Sinwar juga fasih berbahasa Ibrani, yang dipelajarinya selama masa penahanannya, bersamaan dengan pemahaman tentang budaya Israel. Sinwar juga seorang hafiz, yang berarti dia telah menghafal seluruh isi Al-Qur'an.
Sinwar adalah salah satu pendiri aparat keamanan Hamas dan menjadi pemimpin Hamas di Gaza sejak Februari 2017. Ia juga terpilih sebagai Ketua Biro Politik Hamas pada Agustus 2024, menggantikan Ismail Haniyeh. Sinwar dikenal karena hubungannya yang erat dengan Iran dan dukungannya terhadap perjuangan militer melawan Israel. Pada 7 Oktober 2023, ia diduga sebagai otak di balik serangan Hamas yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di Israel.
Menurut pejabat Hamas, Yahya Sinwar terpilih sebagai pemimpin karena popularitasnya yang besar di kalangan dunia Arab dan Islam, setelah serangan 7 Oktober, serta hubungan dekatnya dengan jaringan kelompok bersenjata yang dipimpin oleh Iran. Sinwar juga semakin populer di kalangan warga Palestina karena cara dia dalam menangani konflik.
Daftar Pemimpin Hamas dan Hizbullah Dibunuh Israel sejak Perang Gaza, Terbaru Yahya Sinwar
Di bawah kepemimpinannya, hubungan Hamas dengan Iran semakin kuat dan ada penolakan terhadap upaya negosiasi diplomatik. Sinwar beberapa kali selamat dari upaya pembunuhan oleh Israel, termasuk serangan udara pada 2021. Namun, ia akhirnya tewas dalam baku tembak dengan militer Israel pada 16 Oktober 2024.