Intelijen AS Khawatir Rusia Balas Serang Pangkalan Amerika di Seluruh Dunia

Intelijen AS Khawatir Rusia Balas Serang Pangkalan Amerika di Seluruh Dunia

Global | sindonews | Jum'at, 27 September 2024 - 13:21
share

Badan intelijen Amerika Serikat (AS) menyampaikan kekhawatiran jika Washington mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh pasokan Amerika untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.

Yang dikhawatirkan badan mata-mata Amerika adalah Rusia dapat menyerang pangkalan militer AS di seluruh dunia sebagai pembalasan.

Menurut penilaian intelijen yang dikutip oleh New York Times, Kamis (27/9/2024), meskipun Ukraina diizinkan menggunakan rudal secara bebas, hal itu tidak akan berdampak signifikan pada perang karena jumlahnya yang terbatas.

Lebih jauh lagi, setelah serangan awal Ukraina dengan misil jarak jauh tersebut, Rusia kemungkinan akan merelokasi fungsi vital militernya ke luar jangkauan, sehingga mempersulit Ukraina untuk mencapai tujuan militer apa pun.

Baca Juga: Putin Perintahkan Rusia Ubah Doktrin Nuklir, Ukraina dan NATO dalam Bahaya

Selain itu, lanjut penilaian intelijen AS, keputusan tersebut akan menjadi pertaruhan berisiko tinggi, karena dapat menyebabkan "serangan mematikan Moskow terhadap aset militer AS di seluruh dunia.

"Respons potensial Rusia dapat berkisar dari peningkatan aksi pembakaran dan sabotase yang menargetkan fasilitas di Eropa hingga serangan yang berpotensi mematikan terhadap pangkalan militer AS dan Eropa," menurut penilaian tersebut.

Para pejabat AS, menurut laporan New York Times, percaya bahwa jika Moskow memutuskan untuk membalas, kemungkinan besar akan melakukannya "secara diam-diam" daripada melalui serangan terbuka untuk mengurangi risiko konflik yang lebih luas.

AS dan sekutunya telah memberi Ukraina tiga jenis sistem rudal jarak jauh, yakni ATACMS buatan Amerika, Storm Shadows buatan Inggris, dan rudal SCALP buatan Prancis.

Kyiv telah berulang kali menggunakan rudal ini untuk menargetkan infrastruktur dan meneror warga sipil di Crimea dan wilayah lain yang dianeksasi oleh Rusia.

Kyiv telah menuntut agar AS dan sekutunya mencabut semua pembatasan penggunaan senjata jarak jauh tersebut untuk menyerang lebih dalam ke wilayah Rusia.

Barat mengacu pada pembatasan-pembatasan mereka untuk menyatakan bahwa mereka tidak terlibat langsung dalam perang Rusia-Ukraina saat memasok senjata-senjata jarak jauh ke Kyiv.

Presiden Rusia Vladimir Putin berpendapat bahwa langkah mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh tersebut akan secara langsung melibatkan AS dan NATO dalam perang terbuka melawan Rusia. Sebab, menurut Putin, Kyiv bergantung pada penerimaan koordinat target untuk senjata presisi dari militer AS.

Sebelumnya, Putin juga menyarankan anggota NATO untuk menyadari "apa yang mereka mainkan", memperingatkan bahwa satu kemungkinan respons dapat melibatkan mempersenjatai musuh Barat dengan senjata presisi jarak jauh.

Selain itu, berdasarkan perintah Putin untuk revisi doktrin nuklir Rusia yang diumumkan Rabu, Moskow akan mempertimbangkan agresi terhadap Rusia oleh negara non-nuklir mana pun, dengan partisipasi atau dukungan dari negara nuklir" sebagai "serangan bersama", yang dapat melewati "garis merah" nuklir.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan apa yang disebut "rencana kemenangan"-nya kepada AS pekan ini, dengan harapan dapat membujuk Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris untuk mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh oleh Kyiv. Sebelumnya, Inggris dan Prancis mengindikasikan mereka siap mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jelajah jarak jauh secara bebas, tetapi hanya dengan izin Washington terlebih dahulu.

Topik Menarik