Muhammad Yunus Janji Bantu Wujudkan Impian Mahasiswa untuk Masa Depan Bangladesh
DHAKA Pemimpin sementara Bangladesh Muhammad Yunus berjanji akan membantu mewujudkan impian para mahasiswa untuk Bangladesh . Yunus menegaskan ini bukanlah revolusinya dan impiannya. Namun, Yunus tahu saat ia menerima telepon dari mahasiswa di ujung telepon minggu lalu bahwa ia akan melakukan apa pun untuk mewujudkannya.
Dan para mahasiswa telah memutuskan bahwa yang mereka butuhkan adalah Prof Yunus seorang peraih Nobel berusia 84 tahun untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh pengunduran diri mendadak Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina dan memimpin pemerintahan sementara yang baru. Ia langsung menerimanya.
Saya melakukan ini karena inilah yang diinginkan oleh para pemuda negara ini, dan saya ingin membantu mereka untuk mewujudkannya, jelasnya dalam sebuah pengarahan pribadi untuk sejumlah jurnalis terpilih di kantornya di Gedung Negara Jamuna.
Ini bukan impian saya, ini impian mereka. Jadi, saya membantu mereka untuk mewujudkannya. Ujar Prof Yunus yang dilantik pada Kamis (8/8/2024) setelah berbulan-bulan protes yang dipimpin mahasiswa yang berujung pada jatuhnya pemerintah.
Dia mengatakan hal yang paling mendesak adalah situasi keamanan. Setelah kekerasan yang menewaskan lebih dari 400 orang, polisi negara Asia Selatan itu hampir menghilang. Serikat polisi negara itu telah mengumumkan pemogokan, dan lalu lintas dipandu oleh para mahasiswa, sementara ratusan kantor polisi telah dilalap api.
Hukum dan ketertiban adalah yang pertama sehingga orang dapat duduk atau mulai bekerja, kata Prof Yunus.
Pada Senin (11/8/2024), ada secercah kemajuan pertama saat petugas kembali ke jalan. Ini adalah langkah pertama, tetapi keamanan bukanlah satu-satunya masalah.
Dia mengatakan pemerintah sepenuhnya menghilang setelah Sheikh Hasina meninggalkan negara itu. Yang tertinggal setelah 15 tahun pemerintahan yang semakin otoriter adalah "kekacauan, kekacauan total".
"Bahkan pemerintah, apa yang mereka lakukan, apa pun yang mereka lakukan, sama sekali tidak masuk akal bagi saya. Mereka tidak punya gambaran apa pun tentang administrasi."
Namun, di tengah kekacauan itu, Prof Yunus menekankan ada banyak harapan. "Kita di sini: wajah baru yang segar bagi mereka, bagi negara. Karena akhirnya, saat ini, monster itu telah pergi. Jadi, ini adalah kegembiraan, ujarnya.
Menurut Prof Yunus, reformasi adalah kuncinya. Tuntutan sederhana untuk mereformasi sistem kuota yang menyediakan beberapa pekerjaan sektor publik bagi keluarga pahlawan perang, yang berjuang untuk kemerdekaan negara itu dari Pakistan pada tahun 1971, yang memicu gerakan protes pada awalnya.