HIKMAH JUMAT : Ujian Bagi Seorang Pemimpin
Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang
BARU SAJA kita melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) untuk periode 2024 – 2029. Total terdapat 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota yang menyelenggarakan pilkada serentak pada 27 November 2024 kemarin.
Hari ini, terdapat banyak para calon Kepala Daerah baik Gubernur, Bupati, maupun Wali Kota beserta para wakil, partai pendukung, dan tim suksesnya yang tengah merasa bahagia karena keluar sebagai pemenang walaupun masih versi quick count.
Terlepas dari itu semua, dalam pandangan Islam, pemimpin adalah individu yang diberi amanah untuk mengelola dan memimpin suatu kelompok, komunitas, atau masyarakat dan bangsa.
Kepemimpinan bukan hanya sekadar kedudukan, melainkan tanggung jawab besar yang harus dijalankan dengan amanah, adil, dan takut kepada Allah SWT.
Novi Ditantang Alvin Lim Siram Air Keras ke Mata, Denny Sumargo: Jangan Dong, Niatnya Kan Bantu Agus
Oleh karena itu, menjadi seorang pemimpin bukanlah perkara mudah, melainkan sebuah ujian yang berat. Islam memandang kepemimpinan sebagai amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya...” (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah Ta’ala mengingatkan melalui firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil...” (QS. An-Nisa[4]: 58).
Dari sini jelas bahwa pemimpin tidak hanya bertanggung jawab kepada manusia yang dipimpinnya, tetapi juga kepada Allah SWT. Untuk membuktikan tanggung jawabnya itu, maka bagi seorang pemimpin akan menghadapi berbagai ujian dalam menjalan roda kepemimpinannya.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto: Ist)
Berikut adalah beberapa bentuk ujian yang akan dihadapi oleh seorang pemimpin.
Ujian Kekuasaan dan Amanah
Kekuasaan adalah ujian terbesar bagi seorang pemimpin. Ketika seseorang diberi kekuasaan, godaan untuk menyalahgunakan wewenang sangatlah besar. Pemimpin harus memahami bahwa amanah kekuasaan adalah untuk kemaslahatan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Allah SWT mengingatkan: “Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal [8]: 27).
Seorang pemimpin muslim, disumpah di bawah Al-Qur’an saat memulai mengemban amanahnya, maka dia wajib untuk senantiasa mengingat firman Allah Ta’ala di atas. Dia harus ingat bahwa kekuasaan dan amanah yang diembannya adalah untuk menciptakan kesejahteraan rakyatnya.
Ujian Harta dan Kekayaan
Harta dan kekayaan sering kali menjadi godaan bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang tidak amanah dapat tergoda untuk memperkaya diri melalui perbuatan korupsi, kolusi, nepotisme atau penyalahgunaan anggaran dan jabatannya.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang pemimpin yang menguasai urusan kaum muslimin lalu ia mati dalam keadaan menipu mereka, kecuali Allah haramkan surga baginya.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Tingginya biaya politik untuk mendapatkan jabatan sebagai Kepala Daerah, telah menyebabkan banyak Kepala Daerah yang menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Setidaknya terdapat 27 orang gubernur dan 169 Bupati/Wali Kota/Wakilnya yang tercatat menjadi pesakitan KPK sepanjang tahun 2004 – 2024.
Ujian Popularitas dan Ego
Seorang pemimpin yang memiliki kedudukan tinggi sering kali diuji dengan popularitas. Jika tidak berhati-hati, ego bisa tumbuh dan membuatnya lupa bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab, bukan alat untuk mencari pengakuan.
Popularitas dapat mengantarkan seseorang termasuk seorang pemimpin menjadi lupa diri, lupa tugas, dan amanah yang diembannya. Lebih jauh dari itu, popularitas yang tinggi dibarengi dengan ego yang juga tinggi, dapat menyebabkan seorang pemimpin bahkan lupa kepada Tuhannya.
Fir’aun adalah contoh pemimpin yang memiliki popularitas dan ego yang tinggi. Fir’aun tidak hanya lupa kepada Tuhannya, bahkan dia sendiri mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Kisah Fir’aun ini kemudian Allah Ta’ala abadikan di dalam Al-Qur’an sebagai pelajaran bagi umat manusia yang hidup di masa setelah Fir’aun hingga akhir zaman.
Selain adanya berbagai ujian seperti yang telah dipaparkan di atas, Islam mengajarkan bahwa pemimpin memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, melindungi hak-hak mereka, dan memastikan keadilan bagi seluruh rakyatnya.
Seorang pemimpin yang memiliki kedudukan tinggi sering kali diuji dengan popularitas. (Foto: Ist)
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.” (HR. Abu Nu’aim). Oleh karenanya, seorang pemimpin memiliki tanggung jawab yang harus dilaksanakan yaitu: Pertama, memastikan keadilan yakni pemimpin harus adil dalam memutuskan perkara tanpa memihak.
Kedua, melindungi hak rakyat yaitu memastikan bahwa hak-hak rakyat terpenuhi, seperti hak atas keamanan, pendidikan, kesehatan, dan kehidupan yang layak. Terakhir memberikan teladan yang baik yakni menjadi panutan dalam kejujuran, integritas, dan ketakwaan.
Sejarah telah mencatat banyak pemimpin Islam yang sangat luar biasa yang dapat dijadikan teladan bagi pemimpin masa kini. Misalnya saja kisah inspiratif dari Khalifah Umar bin Khattab. Kepemimpinan Umar bin Khattab adalah salah satu contoh pemimpin terbaik dalam Islam. Umar dikenal sangat adil dan peduli terhadap rakyatnya.
Suatu ketika, Umar berjalan malam hari untuk memastikan keadaan rakyatnya. Beliau menemukan seorang ibu yang memasak batu untuk menenangkan anak-anaknya yang kelaparan. Umar segera membawa makanan dari baitul mal untuk membantu keluarga tersebut.
Makanan tersebut dipikulnya sendiri dari baitul mal hingga rumah si ibu tadi, bahkan kemudian Umar memasaknya sendiri untuk si Ibu dan anak-anaknya. Ibu tersebut tidak mengetahui bahwa yang membawa dan memasakan makanannya itu adalah Khalifah Umar bin Khattab.
Kisah ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak hanya bertanggung jawab di kantor atau di balik meja saja, tetapi juga harus peduli terhadap kondisi rakyatnya di lapangan. Bagi pemimpin yang tidak amanah, pasti akan menghadapi konsekuensi besar di akhirat. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Pemimpin yang menipu rakyatnya tidak akan mencium bau surga.”(HR. Ahmad).
Allah Ta’ala di dalam Al-Qur'an juga memperingatkan seorang pemimpin agar berlaku adil: “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa...” (QS. Al-Maidah [5]: 8).
Semoga para Kepala Daerah yang terpilih dalam pilkada kemarin adalah benar-benar menjadi Kepala Daerah yang ideal sesuai dengan tuntunan agama Islam. Mereka adalah seorang pemimpin yang takut kepada Allah (bertaqwa), adil, amanah, dan rendah hati.
Pemimpin yang mampu melewati ujian ini dengan baik akan mendapatkan tempat istimewa di sisi Allah SWT, sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW: “Tujuh golongan yang akan mendapat naungan di bawah naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya… [salah satunya adalah] pemimpin yang adil.” (HR. Bukhari dan Muslim). (*)
Pemimpin memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, melindungi hak-hak mereka, dan memastikan keadilan bagi seluruh rakyatnya. (Foto: Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.